STORY21 - BERCINTA DENGAN SPG CANTIK YANG MASIH PERAWAN

Bercinta Dengan SPG Cantik Yang Masih Perawan - Selasa siang di bulan maret aku terpaksa berteduh di sebuah dealer motor kecil di cibubur. hanya ada seorang gadis spg-nya. namanya Yuni umur 23 thn, gadis sunda yg manis. yang aku suka dari dia adalah bibirnya yang agak besar, seksi dan manis.

hampir sejam ngobrol akhirnya hujan berhenti dan aku pulang sambil meminta kartu namanya. singkat cerita kami sering berhubungan lewat telpon. aku terus terang ttg statusku yg sdh beristri tapi tampaknya tidak masalah buat dia, katanya banyak berteman banyak berkahnya. tapi aku memintanya utk menghubungiku hanya siang dng alasan takut istriku salah sangka.

hubungan kami terus makin akrab walau hanya lewat telpon. ada perasaan romantis setiap kali berbicara ditelpon dng Yuni. Yuni enak diajak ngobrol apapun pasti nyambung. Yuni pun tampaknya menikmati perhatianku. walau tinggalnya tidak terlalu jauh, aku biasa mengiriminya kartu pos yang isnya seringkali memuji suaranya, bibirnya atau alisnya yang tebal atau yang isinya berupa ucapan terimakasih atas persahabatan unik kami.

melihat tanggapan Yuni yg hangat, aku yg mulanya iseng mulai berpikir kenapa aku tidak jadikan dia selingkuhanku. tiga bln setelah pertemuan pertama, aku mengajaknya ketemuan. kami janji bertemu di mall cijantung.

rabu sore aku duduk di mcD menunggu Yuni, jam 17.45 gadis itu muncul. blue jeans ketat membentuk pinggul, pantat dan pahanya. dan t-shirt ketat bertulis merk motor jepang membungkus tubuhnya. buahdadanya terlihat sedang. padahal yang paling aku kagumi dari wanita adalah buah dada yang besar menantang seperti rizki pritasari. tapi it’s oke mumpung Yuni menyukaiku. kami ngobrol dan seperti pertemuan pertama gadis ini mmg memikat saat sedang “ribut”. sepanjang pertemuan itu Yuni tidak menolak sewaktu kupegang tangannya, menyentuh kakinya.

dia bahkan melap mulutku yang katanya belepotan saos. mendapat angin aku makin yakin kalau ia mmg menyukaiku. aku mengantarnya pulang kekontrakannya di cibubur juga (ortunya tinggal di cengkareng). Yuni memintaku singgah sebentar.kuterima ajakannya. rumahnya kecil ruangnya ada tiga seperti umumya kontrakan di jkt. suasana romantis yang sdh tercipta sejak di mall cijantung tadi membuat udara di ruang tamu menyesakkan dadaku. situasi rumah memancing kelakianku. aku harus mengakhiri pertemuan ini dng kesan yang dalam. mata Yuni menatapku berharap aku memulai sesuatu.

aku pura-pura mau kekamar kecil. Yuni mengantarku kedalam. ia berjalan didepanku.

sampai diruang tengah yg adalah kamar tidurnya, kutarik tangannya, tubuh kami berhadapan.

“kenapa mas?”

aku tak menjawab pertanyaannya, kutarik tubuhnya, tdk ada perlawanan.

kucium bibirnya, kukulum lembut, terasa aroma burger dimulutnya.

bibirnya yang seksi terasa manis.Yuni mulai membalas kulumanku, lidahku menusuk menjelajahi mulutnya. tubuhku terangsang pengakuan Yuni, ia belum pernah bercinta, jadinya aku merasa tertantang utk membimbing dan memberinya kepuasan yg tak akan terlupa.

lama kami berpagut, Yuni menikmati pagutan panas kami. aku merasakan tubuhnya memanas.

kulepas t-shirtnya, yuni menurut.

bh Yuni berwarna pink, seperti yg kubayangkan susunya sedang. agak menyembul karena bh-nya

yang agak ketat. kujilati lehernya Yuni menggelinjang kegelian. “EHHHH…GELI MAS…” pelukanYuni mengencang. ia mendesah-desah lembut, “AAAHH….. AAAHHHH…..tubuhnya bergerak-gerak erotis dlm pelukanku membuat nafsuku terus bergerak naik.

kulepas jeans-nya, Yuni pasrah dia bahkan membantuku melepas celananya. cd berwarna hitam,

“hhhmmm… warna kusuka, seksi…”

kubimbing tubuhnya ke kasur yg terletak diujung ruangan, (Yuni tdk punya ranjang)

kurebahkan tubuhnya. aku tersenyum menatapnya. Yuni membelai rambutku.

“aku mencintaimu Yuni…”rayuku menciumi wajahnya

“Yuni juga mas… “

aku mulai bergerilya diatas tubuhnya kujilati lagi lehernya, bagian tubuh wanita yg paling

gampang membuat membuat mereka kegelian. kutelusuri dadanya menuju belahan susunya. tanganku

masuk kebalik bh-nya. kucubit nakal putingnya, Yuni meringis, mencubit pundakku.

kulepas bh-nya. sekarang semua terpampang indah dihadapanku. kunikmati susu itu, Yuni mengelinjang keenakan. darahku mendidih

aku turun menjilati, menciumi perutnya, kami terbawa suasan panas. yg aku heran kok Yuni

membiarkan pintu rumahnya terbuka dan tdk takut ketahuan org lain. yang aku perhatikan ada

beberapa rumah lain dekat sini

aku sampai di atas selangkangannya. kutarik turun pelan cd-nya tangan Yuni berhenti

mremas-remas rambutku. dia seperti menunggu sesuatu.

pelan tapi pasti kulorotkan sampai cd-nya terlepas. kusergap selangkangannya dng wajahku.

vaginanya kuoral.

sedikit terpekik Yuni menjambak rambutku. jambakan Yuni membuatku bergairah.

kuisap, jilat bibir vagina dan klitorisnya. lidahku menelusup masuk keliangnya.Yuni menggelinjang, mengejang. dan bergetar bergantian desahannya berubah menjadi erangan

cepat.

“EEENNNGGGHHHHH………RRRRRR RGGGGGGHHHHHHHHH…… MASSSS…….. OGGHHH….”

nafasku memburu, vagina Yuni terasa gurih. tubuhku ikut bergetar. nikmatnya vagina ini

rasanya lebih nikmat dari vagina istriku yg mulai longgar setelah melahirkan.

dng sigap kubuka semua pakaianku, sekarang akupun telanjang bulat.

kaki Yuni menjepit-jepit kepalaku. gadis ini terangsang hebat. tapi rasanya tidak adil kalau

ia terbang sendiri.

kuputar tubuhku menjadi gaya 69. ******ku yg tegang mengacung di wajahnya. Yuni shock

sewaktu melihat ******ku, ia terdiam, mungkin tdk tahu harus melakukan apa.

“pegang terus diremas sayang” ajarku.

agak lama baru Yuni mau meremas-remas penisku. enak ada sensasi nikmat menyerangku. rasanya

lebih nikmat dr pada kuremas sendiri atau istriku yg meremasnya.

pantatku bergoyang mengikuti gerak jari-jari Yuni. lama-kelamaan remasan eva makin pintar dan

lincah. ******ku menegang terus dan terasa panas.

kuteruskan oralku di vaginanya, Yuni makin semangat memaini batang kejantananku. vaginanya

basah oleh liur dan lendir.

aku sendiri tidak tahan lagi, “isap sayang…” pintaku dng nada memelas. mungkin dlm keadaan

fly, Yuni menurut saja, dilahapnya ******ku.

pertama agak pelan ragu, tapi kemudian Yuni jadi buas.

aku sulit menggambarkan rasa apa yg sedang menyerang tubuhku. luarbiasa. kami berpacu saling

memuaskan. gadis itu tdk perlu diajar banyak utk menikmati anugerah seks ini.

******ku terasa penuh terasa maniku mulai mengaliriku batangku. sesaat gerakan Yuni menggila

dan tangannya berhenti meremas ******ku. dia akan orgasme.

kuhentikan permainan binal kami. kuputar tubuhku ke posisi tradisional, eva tampaknya

keberatan.

wajahnya kelu nikmat. “jangan berhenti mas….” suaranya berat. nafasnya tersenggal.

“kenapa sayang…?” enak ya..?” godaku Yuni mengangguk malu sambil menggigit dadaku.

aku tersentak, “jangan sayang nanti dilihat istriku”,

tapi terlambat bekas merah halus tergambar didadaku.

“kubalas kau..” kuisap belahan susunya, keras.. cupang merah kini menghiasi susunya.

“kita harus bercinta sebelum cupangmu hilang” “kalo tidak ada bencana yg bakal menimpa kita” kataku.

“Ngarang..”

sambil agak menindih tubuhnya, kubelai rambutnya.

“bolehkah perawanmu untukku sayang?”

“memangnya Yuni masih perawan skrg mas?” wajahnya agak heran.

“vaginamu dioral tdk berarti keperawananmu hilang” “tdk ada darah, yg ada hanya lendirmu”Yuni memelukku, “aku suka pada mas sejak pertemuan pertama dan tiga bulan ini telah jatuh cinta padamu mas”.

“sekarang aku telanjang dihadapanmu, semua milikmu mas”

“aku sdh beristri” kataku

“aku tidak cemburu padanya” jawabnya polos.

inilah wanita, mereka memberi seks agar mendapatkan cinta. sedang pria memberi cinta utk

mendapatkan seks.

kuciumi wajahnya, Yuni membalas. birahi kami kembali bangkit. kulit kami bergesekan membawa

sensasi nokmat.

susunya hangat lembut dan kenyal menggosok dadaku.

“OOOOGGGGHHHHHHHHH…..” aku mengerang nikmat

kami kembali tenggelam dlm kemesuman.Yuni mengerang sewaktu jariku menusuk vaginanya yg banjir. kukocok tdk terlalu dalam, aku tdk

ingin merobek selaputnya, biar ******ku yg merobeknya. “MAS….. ENAKKKK… suaranya lirih.

tubuh Yuni mmemanas, akupun mendidih.

kutuntun tangannya memegang penisku. “bantu mas masuk ke vaginamu sayang..”Yuni meremas ******ku dan mengarahkan ke vaginanya.

alat kelamin kami bersentuhan. kepala batangku menyentuh bibir vaginanya.

inilah pertamakali kami seutuhnya bersatu.

kudorong masuk ******ku yang mengeras seperti batu.

mata Yuni terpajam sambil menggigit bibirnya.

pelan… pelan… tertahan. vagina yg basah dan sdh terbuka itu masih sempit utk di masuki

kutarik keluar kemudian masuk, terus berulang

“AAAGGGHH…’AAAGGGHH” “AAAGGGGHHHH” Yuni berteriak tertahan setiap kali ******ku mengocoknya.

“SAKIT MAAASSS…”suaranya bercampur sakit dan enak

“MAS LEPAS”

“JANGANNN…” tangannya menahan pantatku

terus kukocok, pantatnya bergerak maju mundur.

bercak darah segar menempel di ******ku. akhirnya aku mendapat keperawanannya.

lewat 5 menit…”SLEEEPPP….” penisku tertanam.

“OOOGGGHHHH….”nikmatnya penisku tertanam, dinding nya mengendut hangat, sebisa mungkin

kutancapkan ******ku sampai menyentuh dasar liangnya.

liang Yuni sempit tapi dalam, penisku yg panjangnya sedang saja sekitar 15-16 cm tenggelam

semua.

tubuh Yuni mengejang bergetar, ia menggigit lagi dadaku kali ini agak dekat leher. tapi krn

sedang fly aku tidak peduli.

setelah beberapa saat kami meresapi setiap butir kenikmatan. aku mulai mengocok vaginanya.

kami berburu dalam nafsu birahi. aku seperti seorang joki yang duduk diatas kuda. sementara Yuni menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air.

kamar Yuni penuh dengan bau mani, nafas yg memburudan erangan. “PLAKK…CEEPLAK…CEPLAK…”

suara air dan kulit bertepukan

“OGGH…OGH..OGH.. hanya itu yg keluar dr mulutku berulang ulang. pikiranku tersumbat

tubuhku melayang kesurga.Yuni tambah membuatku bersemangat mencabulinya dengan suaranya yang merengek, mengerang nikmat. berkali-kali ia menceracau tak karuan.

“HHOOOOOOGHHH……..MMMAAAAAS S…. EENNAAAKKK….

SAAA…KKKIITTT…

“EEvVV… LLAAGGIII……..” “NNNNNNNGGGGGGGGHHHHHHH……..”

setelah 10 menit yg rasanya seperti sepuluh thn. tubuh Yuni mengejang terdiam, suaranya

tersendat-sendat, “EGH…EGH…EGH…” Yuni memelukku erat.Yuni hampir sampai. kupercepat kocokanku tubuhku ikutan bergetar hebat.

terasa maniku mengaliri ******ku, sebentar lagi aku akan meledak. rasa nikmat menjalar dari

batang ******ku kepaha sampai ujung jariku, mengalir kesekujur tubuhku. inilah rasa yg

sampai skrg tidak bisa dijelaskan dan tak bernama.

geli, nikmat, ingin menangis, lemas bercampur aduk.

kemudian aku tak bisa bergerak, tubuhku kejang otakku berhenti bekerja.Yuni melenguh panjang, “EEENNNNGGGGHHHHHH……………..”

akupun menyusulnya, “EENNNGGGHHHHHHHHH………..”

kami orgasme bersama.

kami berpelukan. aku tetap menindihnya tak ingin mencabut senjataku dari liangnya.

kuseka keringat di wajahnya, wajahnya tersenyum manis memencarkan kenikmatan yg tiada tara.

“terima kasih sayang”,Kau wanita yang hebat” “kau membawaku kesurga”, kukecup keningnya.

“mas aku cinta kau..jangan tinggalkan aku”suaranya lemah setelah kejadian malam itu, aku menunggu utk menidurinya lagi.

STORY21 - MENOLONG TEMAN KERJA YANG INGIN MERASAKAN ORGASME

Menolong Teman Kerja Yang Ingin Merasakan Orgasme - Awalnya aku hanya iseng mengobrol mengisi waktu luang di waktu jam istirahat, Namun lama-kelamaan Dewi salah satu staffku yang agak manis malah penasaran dan bertanya lebih jauh tentang orgasme. Ya sebuah misteri yang kelihatannya mudah namun susah diungkapkan.

Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah orgasme, bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih orgasme, banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme, baik dari faktor si wanitanya ataupun dari faktor prianya atau bahkan dari suasana, perasaan, dll. Termasuk Dewi salah satu staffku ini, selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa itu orgasme, yang dia tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaannya, Dan berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam kewanitaannya.

Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih jauh tentang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan dengan jujur bahwa selama ini memang dia sendiri penasaran dengan apa yang namanya orgasme namun dia tak tahu harus bagaimana, yang jelas saat berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis suaminya masuk sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun tidak bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah berakhir dengan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya.

“Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?” tanyaku.

“Mungkin sekitar 10 menit” jawabnya pasti.

“Gaya apa yang dipakai suami kamu?”

“Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala”

Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos.

“Kira-kira berapa besar penis suami kamu?”

“Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!” jawabnya bingung.

Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal.

“Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya tidak?”

Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat.

“Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!”

Aku tak dapat menahan senyumku.

“Maksud kamu, ‘helm’nya masih nongol?”

“Ya!” Dewipun tersenyum juga.

Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya yang sedang mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus sekali, Namun aku sadar bahwa aku ditempat umum.

“Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masih normal, Wi!”

“Bagaimana dengan kekerasannya?” tanyaku lagi.

“Keras sekali, Pak, seperti batu!”

Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme, sebab dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupan seksnya, tapi kenapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya?

“Kok diam Pak?”

“Aku lagi mikir penyebabnya.”

“Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi mau mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar” terangnya.

Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri membantahnya.

“Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari sepuluh menit, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa pernah terselesaikan.”

Aku sedikit mengerti maksudnya,

“Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12 menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?” tanyaku.

“Ya, betul, kenapa ya Pak?”

Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik dalam vaginanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam istirahat kerja habis.

“Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?”

“Oke deh!” sahutnya riang sambil meninggalkan aku.

Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi hadapi, sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, dan aku sendiri kenal sudah lama dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, Lama aku berfikir, akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanpa mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal pada pengalamanku selama ini.

Aku kirim SMS kepadanya, “Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks, Kalau sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk mengobrol?”

5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri, jangan-jangan dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah tak lama HPku bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihat pengirimnya Dewi, aku baca isinya.

“Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya”

Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balas kembali,

“Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau kita terlalu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang juga”

Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram menambah rileks obrolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang sentuhan di area vaginanya, aku sarankan agar nanti malam mencari titik tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh Dewi meminta kepada suaminya untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi mengangguk mengerti.

“Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?”

Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya, berarti kemungkinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, dan menurut yang aku tahu ini sangat berbahaya untuk meraih orgasme.

“Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang menurut kamu negatif, itu faktor yang sangat penting dalam meraih orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!”

“Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya suami kamu minta melulu, kan?”

“Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping”

“Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!” jawabku tegas.

“Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung, suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu kabarnya!”

Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku, sehingga menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia biasa menunggu angkot.

Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, “Belum berhasil, Pak!”.

Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya saat baru selesai berhubungan dengan suaminya.

Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya.

“Memang kenapa?”

Tak lama Dewi pun membalasnya.

“Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyaman mengobrol dengan Bapak.”

Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh? Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja? Sebagai lelaki jelas aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian di tempat yang kemaren, dan ungkapan Dewi yang jujur sangat mengagetkanku.

“Pak, terus terang, keinginan saya untuk meriah orgasme jadi tambah kuat, tapi herannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin sekali saya bisa meraihnya bersama Bapak”

Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku menenangkan pikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya.

“Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya ingin tahu kenapa perasaan saya begini?”

Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia tanpa sadar kagum dengan cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan dengan pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak mungkin, jauh lebih ganteng dan atletis suaminya dari pada aku.

Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya.

Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi meraih tanganku,

“Pak.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya

Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas meremas jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan percik-percik gairah di antara kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya,

“Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih orgasme kamu?” suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung.

“Terserah Bapak deh” jawabnya manja sambil mencubit tanganku.

Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan kami dan langsung menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling bertaut mengantarkan kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di kamar hotel yang asri, Kami lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agak canggung, Namun akhirnya kami dapat menikmati semuanya,

Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat Dewi, aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, sungguh pemandangan yang indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya yang begitu lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat dengan lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi demi centi tubuhnya tanpa terlewati,

“Tubuh kamu bagus sekali, Wi!” Aku mencoba memberinya rasa percaya diri.

Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya dengan lidahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk langsung vaginanya, Jari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan memilin-milin puting buah dadanya yang semakin mencuat, Sehingga membuat Dewi mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi pun tidak tinggal diam, dia balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya, Tangan yang satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehingga semakin meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritanya pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang membuncah didadaku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk mengantarnya meraih orgasme.

Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang senjataku untuk dibimbing kedalam liang surganya, Perlahan, centi demi centi, senjataku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya yang bulat padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai membasahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan menggigit pundakku, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah melepas orgasmenya,

Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas tubuhku.

“Terima kasih, Pak” ia mencium keningku.

“Saya masih mau lagi” ucapnya serak.

Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme, Dewi begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas tubuhku, Dan anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih orgasmenya begitu cepat, Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia belum puas juga, sementara aku sendiri bersusah payah menahan orgasmeku, Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apalagi saat gaya doggy, sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar tak kuat lagi menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangkal senjataku menambah sensasi tersendiri.

“Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?” sambil aku mempercepat kocokanku.

“Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!” erangnya.

Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku, menyemburkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina Dewi.

Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.

Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak bisa lagi orgasme, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti Dewi.

Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu hubungan kami semakin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang tidak bisa aku lupakan, Vaginanya sangat mencengkram meskipun sudah puluhan kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuhkan orgasme dariku, Karena terakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya, entahlah sampai kapan.

STORY21 - KUGADAIKAN KESETIAANKU KARENA KEBUTUHAN BATINKU

Kugadaikan Kesetiaanku Karena Kebutuhan Bathinku - Menjadi istri yang setia merupakan cita-cita kebanyakan wanita, termasuk diriku. Sinta namaku, umurku 37 tahun. Aku sudah menikah selama 15 tahun dan sudah dikarunia 2 orang anak laki-laki yang berumur 13 dan 10 tahun. Mas Andri adalah suamiku, umurnya lebih tua 5 tahun dari aku. Dia berkerja di sebuah instansi pemerintahan dan memiliki kedudukan yang cukup bagus sehingga kehidupan ekonomi keluargaku lebih dari cukup.

Awalnya kehidupan ranjang kami baik-baik saja. Mas Andri selalu bisa memuaskanku, begitu juga dengan aku yang selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk suamiku. Namun perlahan-lahan Mas Andri berubah. Sikapnya sekarang seperti malas kalau berhubungan denganku. Dulu sebelum melakukan intim biasanya Mas Andri suka merayuku dengan hal-hal yang romantis tapi sekarang langsung masukin aja bahkan tanpa pemanasan. Tak jarang juga hubungan intim aku dengan Mas Andri tidak lebih dari 5 menit. Hampir dua tahun terakhir aku tidak pernah mencapai orgasme kalau ditidurin Mas Andri.

Kadang aku suka bertanya-tanya, apakah Mas Andri punya wanita lain selain aku sehingga sudah tidak bergairah lagi dengan aku? Atau apakah aku ini sudah tidak cantik lagi di mata Mas Andri? Padahal menurut ibu-ibu komplek aku termasuk ibu yang ‘segar’ karena rajin merawat tubuhku. Kadang sehabis mandi aku suka berkaca sendiri sambil telanjang.

Kuperhatikan bagian tubuhku satu persatu. Memang wajahku sekarang mulai ada kerutan-kerutan namun aku rasa dengan rambut panjang lurus dan hidungku yang mancung aku masih cantik. Tubuhku memang sudah tidak langsing lagi seperti muda dulu tapi aku rasa tubuhku masih kencang dan menarik tidak seperti ibu-ibu komplek teman arisanku yang sudah banyak lemak yang bergelambir.

Payudaraku walau sedikit bergelantung tapi aku rasa masih seksi dengan ukuran sebesar 36B. Apalagi pantatku yang besar montok, aku rasa juga anak muda sekalipun ga banyak yang pantatnya semontok aku. Memang kehidupan ranjangku akhir-akhir ini menyiksaku, namun sebisa mungkin aku menjaga kesetiaanku terhadap Mas Andri sama halnya seperti aku menjaga keperawananku dulu.

Awalnya aku menerima saja keadaan ini, namun saat aku berkenalan dengan dunia maya. Memang baru sebulan ini kami berlanggan internet di rumah kami, itu juga karena anak kami yang paling besar merengek-renget memintanya. Awalnya aku tidak pernah tertarik dengan namanya internet namun karena kejadian itu semuanya berubah.

Waktu itu suatu malam ketika aku habis berhubungan intim dengan Mas Andri yang seperti biasanya aku tidak mencapai orgasme. Saat itu aku tidak bisa tidur, Mas Andri dan anak-anak sudah pada tidur semua makanya aku iseng menyalakan computer dan membuka internet. Awalnya aku hanya membuka situs tentang pakaian-pakaian wanita, lalu aku membuka tentang alat-alat kebugaran.

Waktu membuka situs tentang alat kebugaran di bagian bawah situs tersebut terdapat iklan tentang ‘sex toys’. Aku pun penasaran dan lalu kuklik link tadi. Awalnya aku terkejut saat kubuka situs itu langsung muncul barang-barang yang bentuknya seperti penis. “mungkinkah alat-alat ini yang dipakai untuk masturbasi?” tanyaku dalam hati. Aku memang tau apa itu masturbasi tapi aku belum pernah mencoba karena aku tidak tahu bagai mana caranya.

Lalu rasa penasaranku semakin besar, kuketikan kata “cara masturbasi” di google. Lalu muncullah situs-situs yang menjelaskan tentang masturbasi. Kubuka halaman tadi dan kubaca dengan seksama sambil membayangkan mainan berbentuk penis tadi masuk ke memekku. Tanpa kusadari tangan kanan ku sudah masuk ke dalam daster tidurku dan mengelus-elus celana dalam ku. Kurasakan rembesan basah mulai terasa di celana dalamku.

Aku pun semakin menikmati dan kumasukan jari ke ke dalam celana dalam dan aku mulai memainkan klitorisku. Semakin cepat dan cepat aku memainkan klitorisku dan khayalanku terbang membayangkan tentang penis, tapi ntah penis siapa, yang pasti penis yang besar yang menghujam-hujam memek ku. Aku pun mencapai orgsme, orgasme yang selama ini terpendam dan tertahan. Terasa nikmat sekali sampai-sampai celana dalamku basah sekali terkena cairan memekku. Setelah selesai orgasme aku pun bisa tertidur pulas.

Pagi hari aku bangun dengan perasaan yang berbeda. Hasratku yang terpendam telah tersalurkan meski denga masturbasi. Kini pun aku telah siap memulai hari baru dengan ceria.

Seperti biasa setelah suamiku pergi kerja dan anak-anak berangkat sekolah tinggallah aku sendiri. Pekerjaan rumah telah menantiku, namun aku dahulukan ke warung Bu Tuti karena kalau terlalu siang suka kehabisan sayuran untuk ku masak. Setelah berdandan alakadarnya aku pun pergi ke warung Bu Tuti. Aku masih mengenakan daster yang tadi malam dan aku juga belum mandi karena biasanya setelah beres semua kerjaan aku baru mandi.

Aku belanja sayuran untuk kumasak di hari itu. Namun entah kenapa hari itu aku membeli timun padahal aku sendiri tidak tahu mau diapakan timunnya. Mungkin gara-gara saat kupegang timun tadi aku langsung kepikiran yang tadi malam.

Sesampainya di rumah aku langsung membongkar kantung plastic belanjaan tadi. Timun lah yang aku cari, aku pegang-pegang sambil kunyalakan computer. Aku langsung membuka situs yang tadi malam, namun aku rasakan aku inginkan sesuatu yang lebih. Aku pun mulai mencari-cari dan sampailah pada sebuah situs yang menyajikan pornografi dalam bentuk video.

Untuk beberapa saat aku memperhatikan video tadi. Adegan yang diperankan oleh orang-orang bule yang cantik mulus dan laki-laki dengan kontol yang gede, yang gedenya hampir sama dengan timun yang kupegang. Adegan itu dimulai dengan salaing ciuman dengan permainan lidah. Jantungku mulai berdetak tak beraturan, terasa panas mengalir. Aku pun mulai merasakan rangsangan birahi yang menggebu.

Adegan dilanjutkan dengan hisapan kontol sang lelaki oleh sang wanita. Adegan yang baru bagiku karena selama ini aku belum pernah mencobanya dan Mas Andri pun belum pernah memintanya. Tanpa disadari aku pun mulai mulai menjilat-jilat timun yang kugenggam tadi dan tangan kiriku meraba-raba memekku yang sudah basah.

Adegan pun berlanjut, begitu juga dengan timunku. Timunku perlahan-lahan sampai ke memek ku, dengan perlahan-lahan aku masukan. Rasa yang sangat aku rindukan. Otot-otot dinding memekku terasa terpenuhi dengan timun yang berukuran cukup lumayan besar. Sungguh aku merindukan kontol yang besar dan tahan lama. Dan tak lama berselang aku pun mencapai orgasme yang hebat.

Sudah sebulan lebih aku memuaskan hasratku dengan masturbasi di depan computer. Hampir setiap pagi ketika suami dan anak-anak sudah berangkat aku pasti melakukannya. Mulai dengan melihat adegan bokep barat, india, Indonesia, negro sampai dengan membaca cerita-cerita panas. Mulai dari dengan jari tangan, timun atau pun terong aku memuaskan birahiku. Namun tetap saja aku merindukan kontol asli yang bisa memuaskanku. Bukan seperti kontol Mas Andri yang kencil dan kendur meskipun sudah ereksi, yang hanya bertahan 3 menit. Tapi kontol laki-laki sejati yang bisa memuaskan hasrat birahiku.

Aku menjadi wanita yang terobsesi dengan kontol. Setiap laki-laki yang jumpai aku selalu membayangkan kontolnya sebesar apa. Aku selalu berimajinasi kalau kontol-kontol mereka itu menghujam memekku degan perkasanya seperti adegan-adegan bokep di internet yang selalu kutonton saat masturbasi. Namun itu hanya dalam hayalanku. Aku tidak ada keberanian untuk merasakan kontol selain kontol suamiku. Atau juga memang tidak ada kesempatan.

Hingga suatu hari kakak permepuanku menitipkan anaknya Rendi di rumahku. Rendi baru saja lulus kuliah, umurnya 22 tahun. Dia mau mengikuti wawancara kerja di kota ku. Wawancara kerja itu dilakukan beberapa tahap sehingga tidak selesai dalam satu hari makanya kakakku menyuruhnya untuk tinggal di rumahku dan kalau sudah pasti diterima baru mencari tempat kost.

Hari itu seperti hari senin yang biasa. Jam 7 pagi seperti biasanya anak dan suamiku sudah berangkat dari rumah. Aku pun mulai menyalakan computer untuk ritual masturbasi yang sudah menjadi rutinitas akhir-akhir ini. Namun ketika aku mau membuka internet aku teringat sepupuku Rendi yang baru datang subuh tadi dengan kereta malam. Aku pun hendak mengurungkan niatku untuk masturbasi takut nanti ketahuan Rendi.

Namun birahiku nampaknya sedang bergelora pagi ini. Aku nekat untuk tetap melakukan masturbasi. Aku berpikiran kalau Rendi akan tertidur pulas karena kelelahan setelah perjalanan panjang. Aku pun segera naik ke lantai 2, kamar tamu yang kami siapkan untuk Rendi. Aku hendak mengecek dia, apakah masih tertidur atau sudah terbangun.

Kalau masih tertidur maka bebaslah aku bermasturbasi.

Aku dapati pintu kamar ruang tamu itu sedikit terbuka, kunci kamar itu memang sudah lama rusak sehingga pintunya tidak dapat tertutup rapat. Dari celah pintu itu aku lihat Rendi masih tidur terlentang. Aku pun lalu melangkah untuk kembali ke ruang tamu yang terdapat computer. Namun baru 2 langkah aku kembali ke pintu tadi. Aku memperhatikan pemandangan yang tadi sempat terlewat. Aku memperhatikan tonjoalan di celana boxer yang Rendi kenakan saat tidur terlentang. Sungguh besar tojolan kontol di celana boxer Rendi itu.

Khayalan nakalku pun mulai melayang seiring tingginya birahiku pagi itu. Aku membayangkan seberapa besar kontol yang ada di dalam celana Rendi tersebut. Ah tidak, dia kan keponakaku. Aku mencoba berpikiran rasional. Aku mencoba menepikan khayalan nakal di otak ku. Namun semua itu sia-sia, tanpa sadar tangan kananku sudah masuk ke dalam dasterku. Tanganku sudah mengelus-elus memek yang masih terbungkus celana dalam.

Ah, persetan dengan keponakan. Nafsu birahi telah menguasaiku. Aku pun mulai membuka celana dalam merah yang aku kenakan. Tanganku kian gencar memainkan memek ku yang sudah basah. Aku membayangkan besarnya kontol Rendi yang masih tertidur. Belum ereksi aja sudah menonjol besar seperti itu apalagi kalau sudah nagaceng. Ah.. pasti nikmat rasanya jika kontol Rendi yang sertinya besar itu menghujam di memek ku. Dengan posisi duduk di kursi di depan pintu aku terus mengocok memek ku dengan jari-jari ku dan tak lama berselang aku pun mencapai orgasme yang sungguh nikmat.

Setelah selesai ritual masturbasi yang tidak sesuai rencana itu aku melanjutkan pekerjaan rumah yang telah menjadi rutinitasku. Sepanjang melakukan pekerjaanku itu pikiranku terus terbayang kontol Rendi yang baru aku lihat sebatas tonjolan. Aku terus memperkirakan seberapa besarnya, seberapa panjangnya, kencangnya seperti apa, tahan seberapa lama. Ah, semakin lama semakin penasaran aku akan kontolnya Rendi. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, Rendi yang terakhir kali bertemu masih bocah ingusan sekarang telah membangkitkan birahiku.

Setelah selesai dengan pekerjaanku aku langsung mandi. Aku dapati juga Rendi telah selesai mandi dan sedang bersiap-siap untuk wawancara kerjanya pukul 10 nanti. Entah mengapa pagi itu aku ingin terlihat cantik di mata Rendi. Aku pun berdandan, padahal biasanya aku ga pernah pakai kosmetik jika tidak mau berpergian. Aku menggunakan celana legging agar pantatku bisa terlihat menonjol dan terilihat cetakan celana dalamnya. Lalu aku mengenakan baju kaos yang ketat dan bra yang kekecilan yang sudah lama tak ku kenakan agar toketnya terlihat menyembul dan terlihat belahannya. Entah kenapa aku seperti anak ABG yang ingin mencari perhatian laki-laki.

Setelah selesai berdandan aku pun keluar kamar. Jam dinding menunjukan pukul 9 kurang 5 menit. Kudapati Rendi sedang berbenah dengan tasnya, mungkin sedang memeriksa bawaan untuk persiapan wawancarnya.

“Udah siap Ren?” Tanyaku memulai pembicaraan.

Aku berjalan berlenggak-lenggok layaknya pragawati yang memamerkan bokong menghampiri Rendi.

“Eh, tante.. Doa in aja ya biar bisa diterima.” Jawabnya.

“Ya iya lah tante doa in, nanti kalau sudah diterima tinggalnya di sini aja ya Ren..” Entah kenapa ucapan itu tiba-tiba terlontar dariku. Padahal dari rencana awal juga Rendi akan ngekost kalau sudah diterima.

“Ah, ntar ngerepotin tante.. Rendi lebih baik nge-kost aja..”

“Gapapa ko Ren, kaya ma siapa aja..” Aku menyilangkan kakiku berharap Rendi melihat bokongku yang tercetak di celana legging. “Oh ya, emang wawancara kerjanya sampai kapan Ren..?” lanjutku lagi.

“Sampai hari kamis tante, tapi Rendi baru pulangnya hari sabtu, hari jumat nya Rendi mau jalan-jalan dulu.. boleh kan tante?” Jawabnya seperti biasa tak ada reaksi yang berlebih dari Rendi setelah kupamerkan bokongku.

“Ah gapapa ko’ Ren, lebih lama lagi juga gapapa ko”

Ingin rasanya aku bertelanjang ria di depan Rendi dan mendekapnya. Ah.. tapi aku masih belum cukup gila. Tak lama kemudian Rendi pun berangkat untuk wawancara kerjanya. Seharian itu pikiranku terus menjurus ke kontol Rendi yang menjadikan rasa penasaranku cukup tinggi.

Esok harinya rutinitas yang biasa pun berlalu, jam 7 pagi suami dan anak-anak ku sudah pada berangkat. Kali ini Rendi sudah bangun dari pagi otomatis acara masturbasi ku pun terhambat. Selama ini aku masturbasi selalu dengan rangsangan melihat bokep di internet yang komputernya ada di ruang tamy. Aku tidak terbiasa masturbasi dengan imajinasiku tanpa rangsangan secara visual. Dan rasanya tidak mungkin juga masturbasi dengan mengintip Rendi seperti kemarin, Rendi sekarang sudah terbangun, kalau ketahuan bisa berabe.

Ah, tapi bisa aja kan minta langsung Rendi untuk memperlihatkan kontolnya. Pikiran gila terbesit di otakku. Ah, gila kali nanti kalau Rendi lapor ke kakak ku, trus nanti suami ku bisa tahu juga. Tapi kalau Rendi nya ikut terangsang dia pasti tidak akan ngelaporin terus aku juga bukan hanya bisa melihat kontol Rendi tapi bisa juga ngerasain memek ku di hujamnya dengan kontolnya yang gede. Aaaahhh.. pasti nikmat pikirku. Tapi apa aku bisa membuat Rendi terangsang. Ayo Sinta, kamu pasti bisa ! Aku benar-benar sudah kehilangan kewarasan. Nafsu sex menguasai diriku dan aku pun benar-benar melaksanakan rencana gilaku itu.

Tidak seperti biasanya pagi itu aku mandi lebih awal, pekerjaan rumah yang biasa kukerjakan aku abaikan dahulu. Setelah mandi aku pun berdandan agar terlihat cantik. Setalah kupilah-pilih aku pu memutuskan daster tipis warna pink untuk kukenakan. Aku putuskan tidak menggunakan bra dan celana dalam agar Rendi bisa melihat cetakan putingku dan akan kupertontonkan memek serta bokong ku secara langsung. Pokoknya Rendi harus terangsang melihatku.

Setelah selesai berdandan aku pun langsung mencari sosok keponakanku itu, dan kutemui dia di ruang tamu sedang membaca koran.

“Pagi Ren… mau pergi jam berapa hari ini?”

“Biasa tante jam 9… memang ada apa tante?” Kali ini Rendi mulai mengamati tubuhku.

“Ah gapapa ko’.. Bisa minta tolong ga angkatin jemuran ke atas..”

“Iya tante bisa, mana jemurannya?”

Setelah menunjukan jemurannya Rendi pun mengangkatkannya. Aku sengaja jalan terlebih dahulu dengan harapan saat di tangga Rendi bisa melihat bokongku yang tidak terbungkus celana dalam secara langsung. Dan memang seperti yang aku perkirakan, saat di tangga Rendi melihat bokongku meski dengan curi-curi. ketika sudah sampai atas kulihat besarnya tonjolan di celana Rendi yang menandakan sudah ereksi.

“Loh, sudah bangun lagi Ren?” tanyaku ketika sampai di atas.

“Maksud tante? “ Rendi nampak bingung.

“Itu dede yang di celana nya?” Mata ku tertuju ke tonjolan di celana Rendi.

“Eh, ah.. eh..” Rendi tampak salah tingkah dan tak dapat menjawab.

“Rendi terangsang ya lihat tante?” tanyaku lagi.

Rendi tampak masih salah tingkah dan tidak menjawab pertanyaanku.

“Boleh ga tante lihat dedenya Rendi?” Aku pun mulai membuka gesper dan kancing celana Rendi.

“Ja.. ja.. jangan tante..” kata Rendi.

Namun tak kulihat penolakan Rendi terhadap apa yang aku lakukan. Aku pun terus membuka celana Rendi. Kudapati kontol yang besar yang sudah ereksi kencang. Besarnya hampir sama dengan dengan kontol-kontol bule yang aku lihat di film bokep, namun punya Rendi lebih pendek sedikit.

Aku pun langsung melahap kontol Rendi yang besar ke dalam mulutku. Mulutku penuh sesak dengan kontol Rendi dan rasanya mulutku tidak bisa menampung panjangnya kontol Rendi. Rendi terlihat menikmati permainan mulutku di kontolnya, begitu juga aku. Birahiku langsung menggebu-gebu, kontol yang selama ini kudambakan dan kuhayalkan sekarang bisa kurasakan di mulutku dan aku pun tak sabar untuk menerima sodokan kontol Rendi yang besar ini.

Aku pun menyudahi permainan mulutku, kini aku tarik Rendi ke kamar tamu yang tepat di sebelahku.

“Jangan ah tante, nanti Om Andri tahu..”

“Ayo lah, kalau Rendi ga bilang pasti ga akan tahu..” Jawabku sambil menarik tangan Rendi ke kamar.

Rendi pun menuruti ajakan ku. Ku dudukan Rendi di ranjang dan aku pun langsung membuka dasterku yang membuatku menjadi telanjang bulat. Rendi nampak terbelalak melihat tubuh bugilku terpampang di depannya. Lalu aku lucuti satu per satu pakaian Rendi hingga sama telanjangnya denganku. Dadanya yang berbidang membuatku tak tahan. Berbeda sekali dengan perut Mas Andri yang buncit dan dadanya yang kendur.

Aku langsung naik ke atas Rendi. Kuciumi mulut Rendi dengan penuh nafsu. Kugesek-gesekan kontolnya yang tegang ke bibir memek ku yang sudah membasah. Dan.. clepp.. terasa sensasi luar biasa waktu pertama kontol Rendi masuk ke memek ku. Terasa terganjal nikmat memeku. Lalu aku pun mulai bergoyang, berbeda sekali dengan waktu dengan Mas Andri. Biasanya aku harus bersusah payah menggoyang agar kontol Mas Andri mengenai titik sensitifku, namun dengan kontol Rendi yang besar hanya dengan sedikit goyang titik sensitifku sudah terasa nikmat. Dan hanya dengan sekitar tiga menit aku pun mencapai oragasme yang luar biasa.

“Aaahhh……. Kamu di atas ya sayang…” aku minta untuk bertukar posisi, dan tak lama kemudian Rendi sudah menindihku dengan kontol yang tertancap di memek ku.

“Tante haus Ren, puasin tante.. puasin tante sayang…”

Mulutku mulai meracau tak karuan. Aku terbawa melayang birahiku yang mengebu dengan diiringi kocokan kontol Rendi yang perkasa. Aku berada di puncak kenikmatan birahi yang selama ini tak bisa aku dapatkan dari suamiku Mas Andri. Tubuhku terasa panas, keringat bercucuran dari tubuhku.

Tak aku bayangkan dia keponakan dari kakak kandungku sendiri yang masih punya pertalian darah. Aku hanya mengaggap dia lelaki perkasa yang bisa menyirami birahiku yang dahaga.

“Terus sayang… terus… aaaahhhhh…”

Aku pun mencapai orgasme yang kedua. Orgasme yang yang beruntun dengan posisi Rendi yang masih sama. Baru kali ini aku merasakan multi orgasme, oragasme yang begitu dasyat yang menjadikan tubuhku berkejang habat. Sungguh perkasa sekali keponakan ku ini.

Sudah hampir satu jam memek ku dihujam kontol Rendi yang perkasa. Sudah 6 atau 7 kali aku mencapai orgasme, ah untuk apa aku menghitung. Aku hanya menikmati…

Nampaknya sekarang juga Rendi mau keluar, kocokannya terasa semakin cepat tidak beraturan. Kontolnya kurasa lebih menegang di memek ku. Beberapa saat kemudian terasa cairan hangat menyemprot di memek ku. Dan aku pun mencapai orgasme untuk entah yang keberapa kali. Kurasakan banyak sekali cairan sperma yang keluar dari kontolnya Rendi sampai meluap keluar dari memek ku.

Lalu setelah kontolnya dicabut dari memek ku aku pun langsung menjilati kontol Rendi, membersihkan cairan sperma yang menempel di kontolnya sampai bersih. Aku menjilati sampai kontol Rendi laya tak tegang lagi. Bahkan walaupun sudah loyo kalau aku perhatikan masih lebih besar dibandingkan dengan kontol Mas Andri yang ngaceng. Sungguh perkasa keponakanku ini.

Setelah satu jam lebih kami bergulat Rendi pun pergi untuk wawancara kerjanya. Hari itu aku rasa lemas sekali dan aku pun mengerjakan pekerjaan rumahku dengan malas. Aku sangat menikmati dan puas dengan pelayanan Rendi. Nampaknya Rendi pun demikian. Terbukti dengan terus diulanginya setiap pagi sebelum Rendi berangkat wawancara kerja.

Akhirnya Rendi pun diterima kerja. Aku sudah menawarinya untuk tinggal bersama, aku masih ingin dipuaskan oleh sepupuku Rendi namun ia menolaknya dengan alasan tak enak saat bertemu Om Andri. Rendi pun mengekost tak jauh dari rumah kami dan kami pun masih suka mencuri-curi waktu untuk saling memuaskan birahi.

Di satu sisi aku merasa berdosa terhadap Mas Andri, aku merasa hina dengan menggadaikan kesetiaanku sebagai seorang istri. Tapi si sisi lain aku hanya seorang wanita biasa yang ingin terpenuhi kebutuhan bathinku.

STORY21 - RONY COWOK YANG HEBAT BANGET JILAT MEMEKNYA

Rony Cowok Yang Hebat Banget Jilat Memeknya - Nama saya Novi. Saya sedang bingung sekali saat ini. Saya tidak tahu harus berbuat apa, Karenanya saya akan mencoba menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang baru saya hadapi baru-baru ini.Umur Saya 28 tahun. Saya sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang pria bernama Edy. Edy adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Edy adalah seorang pengusaha yang sedang meniti karir.Karena kesibukannya, dia sering keluar kota . Dia kasian kepada saya yang tinggal sendiri dirumah bersama anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas mengajak adiknya yang termuda bernama Rony yang berusia 23 tahun untuk tinggal bersama kami. Rony adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga saya bahagia, hingga peristiwa terakhir yang saya alami.

Selama kami menikah kehidupan sex kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang dinamakan orgasme.Saya memang menikmati sex. Saat kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.Di rumah kami tidak mempunyai pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Rony . Rony adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu ketika saat saya membersihkan kamar Rony , tidak tersengaja saya melihat buku Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Rony yang saya kira alim ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.

Lebih terkejut lagi ketika saya membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik.Saya tidak menyangka bahwa ada yang namanya oral seks. Dimana pria mengulum bagian yang paling intim dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu, saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Rony untuk mencuri-curi baca cerita yang ada pada majalah tersebut.Suatu ketika saat saya sibuk membaca majalah itu, tidak saya sadari Rony datang ke kamar. Ia kemudian menyapa saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Rony tampak tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya.Saya duduk di sofa di ruang TV.

Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus saat itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih belum saya ketahui.Tanpa disadari ia telah membuat saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh tubuh saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan penis pada vagina.Ia kemudian mencium bagian kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya.

Tangannya lalu menyingkap daster saya, sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.Tidak lama saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa ingin melihat keadaan anak saya.Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu. Ketika saya kembali dia hanya tersenyum. Saya tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya.

Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak. Lama saya berdiam diri.Ia yang kemudian memulai pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.Hari kemudian berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.Saya duduk di sofa dan menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar dikamar. Mungkin dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya.

Saya lalu mencari akal supaya dapat berbicara dengannya.Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar.Disana ia duduk di tempat tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat sejenak. Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara dengannya.Tidak saya sadari mungkin karena saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu.Melihat saya terdiam dia mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya.

Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan menikmati momen tersebut.Nafas saya semakin memburu saat saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.Tidak tahu apa yang harus dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya.

Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.Saya mendorongnya pelan dan berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang saya, lalu rebah kembali.Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi seluruh badan saya.Selama kehidupan perkawinan saya dengan Edy, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Rony .Kemudian Rony mulai mencium bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang.

Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang.

Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat saya, bibirnya lantas kembali memagut.Oh, saya merasakan waktunya telah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.Sejak saat itu, saya dan dia selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya. Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.

Dia juga sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.Kini saya bagaikan memiliki dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak bisa melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Rony kepada saya.Suami saya tidak pernah curiga sebab Rony tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Edy sudah pergi keluar kota , dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras. Biar bagaimana saya akan merasa sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana saya dan Edy menjalin hubungan yang berdasarkan cinta.Saya katakan dengan tegas kepada Rony bahwa dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja. Saya merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah saya.

Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah.Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat membayangkan apa yang harus saya lakukan atas ‘alat’-nya. Saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari dimana saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks kepada saya terlebih dahulu.Saya tolak, karena saya pikir dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali.

Saya membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.Selama beberapa hari saya merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi setiap kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.Saya bingung, apa saya tidak cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah, banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti itu.Saya tidak diijinkan terlalu banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun kursus.

Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi) menyebabkan banyak teman pria yang mendekati saya.Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang senam. Saya tahu saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya mengajarkan bagaimana cara merawat diri.Bila saya berjalan dengan suami saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia. Edy orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab. Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.Tetapi Rony sendiri menurut saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan rumah kami. Rony selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.


Saya merasa saya ditinggalkan. Rony tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak saya yang paling kecil yang dapat menghibur.Hingga suatu saat saya tidak dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Rony masuk ke kamarnya setelah menonton film, saya mengikutinya dari belakang.Saya katakan ada yang perlu saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya. Saya bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat.Dengan gesit dia membuka seluruh celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus menjilati penisnya dari atas hingga bawah.Walaupun masih ragu-ragu, saya lakukan seperti yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan lidah saya.Dengan bantuan tangan saya, saya jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut saya.

Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus dituntut melakukan hal yang lebih.Dia berkata bahwa itu disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya juga sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berusaha menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.Karena khawatir saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada vagina saya.Selama beberapa menit saya melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau, seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.Tangannya mendorong kepala saya untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.Saat dia sudah tenang, dia kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua usaha saya menjadi sia-sia saja.Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat apanya, kalau dia main paksa lagi saya harus hajar dia.Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih.

Aduh enak sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhiri-nya dengan bercinta secara ganas.———Sejak saat itu, oral seks merupakan hal yang harus saya lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia melakukan apa-apa terhadap saya. Saya mulai khawatir apakah menelan sperma tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, malah menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Saya percaya bahwa tidak ada efek samping, tetapi saya tidak percaya bagian yang ‘menyehatkan’ . Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi.Tidak lama berselang, sekali waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk memakainya.Dia tertawa melihat saya kebingungan.

Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang no way. Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang menjadi ‘seragam’ saya setiap saya akan bercinta dengannya.Karena saya pikir toh hanya dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya terlihat sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya menggunakannya didalam, dimana ada stokingnya, sehingga saya menggunakan pakaian jeans diluar selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa. Efeknya sungguh diluar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny (?) sekali.Saya sudah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya.

Kami bercinta bagaikan tidak ada lagi hari esok.Sejak saat itu, saya lebih sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (saya dan Edy) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak. Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Rony .Dia tidak keberatan selama saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kencantikan saya bagai bidadari turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan selera.Saya mulai menikmati hal-hal yang diajarkan oleh Rony kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi saya takut bila dia beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan Rony .Saya tidak ingin rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.———Suatu ketika, Rony pulang dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi sangat macho.

Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Rony memperkenalkan temannya kepada saya yang ternyata bernama Bari .Kami ngobrol panjang lebar. Bari sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai menganggap Bari sebagai teman.Bari semakin sering datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari selalu bertepatan dengan saat dimana Edy sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.Ketika saya dekati ternyata mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa sangat seksi.Karena saya mulai tidak kuat untuk membuka mata, Rony lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya menurut. Rony lalu menggendong saya ke kamar tidur.

Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Rony dihadapan Bari . Padahal Bari sudah tahu bahwa saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar lagi.Kata Rony, kamar saya terlalu jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak, tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampai-nya dikamar, Rony mulai melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak mengerti apa tujuannya. Karena saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.Kini saya berada diatas tempat tidur dengan keadaan telanjang. Rony mulai membuka pakaiannya. Saya mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan saya.

Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.Kini kami melakukannya dalam ‘missionary position’. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali. Tetapi ia malah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam posisi seakan hendak merangkak.Sebenarnya saya ingin tiduran saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya.

Tetapi setiap kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam vagina saya. Tangannya memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mmm, permainan dimulai kembali rupanya.Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa menghujam-hujam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan saya lupa diri.Saya keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya masih ingin menggali kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Rony juga mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama tampaknya.Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari belakang. Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu.

Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.Saya hampir mencapai orgasme saya yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi dia langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin ‘mesin’ saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Rony .Tiba-tiba tubuh saya diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung menghujamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas tempat tidur.Rambut saya dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya menengadah keatas.

Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini.Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghujamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, saya tidak perduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat sangat.Yang membuat saya terkejut ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya. Kini saya dapat melihat bahwa Rony berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan saya.Jadi, yang saat ini menikmati saya adalah… Saya menoleh kebelakang. Bari ! Bari tanpa membuang kesempatan melumat bibir saya.

Saya membuang muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini. Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi Bari menahan saya. Tangannya mencengkram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Rony memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah mau menangis saja.Saya merasa diperalat. Ya, saya hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah terlambat. Saya sudah semakin terjerumus.Rony bergerak mendekat hingga tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti menikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya.

Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami bertiga.Saya mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, saya bagaikan seekor pelanduk diantara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan saya melambung diluar batas imajinasi saya sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang dengan beruntun.Tetapi Rony tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama saya kembali pada ‘dog style position’. Rony menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak mau membuka mulut. Tetapi Bari menarik rambut saya dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Rony memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum penisnya.Kemudian mereka mulai menyerang tubuh saya dari 2 arah. Dorongan dari arah yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin menghujam. Saya hampir tersedak. Rony yang tampaknya mengerti kesulitan saya mengalah dan hanya diam saja. Bari yang mengatur segala gerakan.Tidak lama kemudian mereka keluar.

Sesudah itu mereka berganti tempat. Permainan dilanjutkan. Saya sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa sangat lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, saya bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke kamar saya.Di kamar saya masuk ke dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas sambil mengangis. Saya tidak tahu saya sudah terjerumus kedalam apa kini. Yang membuat saya benci kepada diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun setiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan saya.Malam itu, saat saya menyiapkan makan malam, Rony tidak berbicara sepatah katapun. Bari sudah pulang. Saya juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.Sejak saat itu, Bari tidak pernah datang lagi. Saya sebenarnya malas bicara kepada Rony .

Saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan caranya menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri bertindak biasa. Saya takut suami saya curiga dan bertanya ada apa antara saya dan Rony .Hingga pada suatu kesempatan, Rony berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya. Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya selama ini. Saya mengatakan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa harus menjebak saya. Dia bilang bahwa dia ingin melakukannya dengan ‘someone special’.Saya tidak tahu harus ngomong apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks.

Saya tidak perduli kepadanya. Saya membalas perbuatannya seperti saat saya pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya.Selama dua bulan, ada saja yang diperbuatnya untuk menyenangkan saya. Hingga suatu waktu dia membawa makanan untuk makan malam. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya pada saat saya keluar, diatas meja sudah ada lilin. Saat saya duduk, dia mematikan sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi setengah gelap.Itu adalah ‘candle light dinner’ saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis untuk melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu harus bagaimana.Saya merasa saya tidak akan pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu indah sehingga saya pasrah ketika dia mengangkat saya ke kamar tidurnya.

STORY21 - GURUKU YANG BAIK

Guruku yang Baik - Memiliki rupa yang cantik tidak selamanya menguntungkan. Memang banyak lelaki yang tertarik, atau mungkin hanya sekedar melirik. Ada kalanya wajah menentukan dalam mendapatkan posisi di suatu pekerjaan. Atau bahkan wajah dapat dikomersiilkan pula.Tapi aku tidak pernah mengharapkan wajah yang cantik seperti yang kumiliki saat ini. Aku juga tidak pernah menghendaki tinggi badan 163 centimeter dengan berat 52 kilogram. Tidak juga kulit putih merona dengan dada ukuran 36B. Tidak! Sungguh, semua itu justru membawa bencana bagiku.Bagaimana tidak bencana. Karena postur tubuh dan wajah yang bisa dinilai delapan, aku beberapa kali mengalami percobaan pemerkosaan. Paling awal ketika aku masih duduk di bangku esempe kelas tiga.

Aku hampir saja diperkosa oleh salah seorang murid laki-laki di toilet. Murid laki-laki yang ternyata seorang alkoholik itu kemudian dikeluarkan secara tidak hormat dari sekolah. Tapi akupun akhirnya pindah sekolah karena masih trauma.Di sekolah yang baru pun aku tak bisa tenang karena salah seorang satpamnya sering menjahilin aku. Kadang menggoda-goda, bahkan pernah sampai menyingkap rokku ke atas dari belakang. Sampai pada puncaknya, aku digiring ke gudang sekolah dengan alasan dipanggil oleh salah seorang guru. Untung saja waktu itu seorang temanku tahu gelagat tak beres yang tampak dari si Satpam brengsek itu. Ia dan beberapa teman lain segera memanggil guru-guru ketika aku sudah mulai terpojok. Aku selamat dan satpam itu meringkuk sebulan di sel pengap.

Dua kali menjadi korban percobaan pemerkosaan, orang tuaku segera mengadakan upacara ruwatan. Walaupun papa mamaku bukan orang Jawa tulen (Tionghoa), tapi mereka percaya bahwa upacara ruwatan bisa menolak bahaya.Selama dua tahun aku baik-baik saja. Tak ada lagi kejadian percobaan pemerkosaan atas diriku. Hanya kalau colak-colek sih memang masih sering terjadi, tapi selama masih sopan tak apalah. Tapi ketika aku duduk di bangku kelas tiga esemu. Kejadian itu terulang lagi. Teman sekelasku mengajakku berdugem ria ke diskotik. Aku pikir tak apalah sekali-kali, biar nggak kuper. Ini kan Jakarta, pikirku saat itu. Aku memang tak ikut minum-minum yang berbau alkohol, tapi aku tak tahu kalau jus jeruk yang aku pesan telah dimasuki obat tidur oleh temanku itu. Waktu dia menyeretku ke mobilnya aku masih sedikit ingat.

Waktu dia memaksa menciumku aku juga masih ingat. Lalu dengan segala kekuatan yang tersisa aku berusaha berontak dan menjerit-jerit minta tolong. Aku kembali beruntung karena suara teriakanku terdengar oleh security diskotik yang kemudian datang menolongku.Sejak itu aku merasa tak betah tinggal di Jakarta. Akhirnya aku segera dipindahkan ke Yogyakarta, tinggal bersama keluarga tanteku sambil terus melanjutkan sekolah. Awalnya ketenangan mulai mendatangiku. Hidupku berjalan secara wajar lurus teratur. Tanpa ada gangguan yang berarti, apalagi gangguan kejiwaan tentang trauma perkosaan. Aku sibuk sekolah dan juga ikutan les privat bahasa Inggris.Tapi memasuki bulan kelima peristiwa itu benar-benar terjadi. Aku benar-benar diperkosa. Dan yang lebih kelewat batas. Bukannya lelaki yang memperkosaku, tapi wanita. Yah, aku diperkosa lesbian!! Dan lebih menyakitkan, yang melakukannya adalah guru privatku sendiri.

Namanya Sandy Kofl. Umurnya 25 tahun, tujuh tahun diatasku. Ia orang Wales yang sudah tujuh tahun menetap di Indonesia. Jadi Sandy, begitu aku memanggilnya, cukup fasih berbahasa Indonesia. Sandy tinggal tak sampai satu kilometer dari tempatku tinggal. Aku cukup berjalan kaki jika ingin ke rumah kontrakannya.PlaceholderKejadian itu bermula pada saat aku datang untuk les privat ke tempat Sandy. Kadangkala aku memang datang ke tempat Sandy kalau aku bosan belajar di rumahku sendiri, itupun kami lakukan dengan janjian dulu. Sebelum kejadian itu aku tidak pernah berpikiran macam-macam ataupun curiga kepada Sandy. Sama sekali tidak! Memang pernah aku menangkap basah Sandy yang memandangi dadaku lekat-lekat, pernah juga dia menepuk pantatku. Tapi aku kira itu hanya sekedar iseng saja.Siang itu aku pergi ke tempat Sandy. Ditengah jalan tiba-tiba hujan menyerang bumi. Aku yang tak bawa payung berlari-lari menembus hujan.

Deras sekali hujan itu sampai-sampai aku benar-benar basah kuyup. Sampai di rumah Sandy dia sudah menyongsong kedatanganku. Heran aku karena Sandy masih mengenakan daster tipis tak bermotif alias polos. Sehingga apa yang tersimpan di balik daster itu terlihat cukup membayang. Lebih heran lagi karena Sandy menyongsongku sampai ikut berhujan-hujan.“Aduh Mel, kehujanan yah? Sampai basah begini..” sambutnya dengan dialek Britishnya.“Sandy, kenapa kamu juga ikut-ikutan hujan-hujanan sih, jadi sama-sama basah kan.”“Nggak apa-apa nanti saya temani you sama-sama mengeringkan badan.”Kami masuk lewat pintu garasi. Sandy mengunci pintu garasi, aku tak menaruh kecurigaan sama sekali. Bahkan ketika aku diajaknya ke kamar mandinya, aku juga tak punya rasa curiga. Kamar mandi itu cukup luas dengan perabotan yang mahal, walau tak semahal milik tanteku. Di depanku nampak cermin lebar dan besar sehingga tubuh setiap orang yang bercermin kelihatan utuh.“Ini handuknya, buka saja pakaian you. Aku ambilkan baju kering, nanti you masuk angin.”Sandy keluar untuk mengambil baju kering. Aku segera melepas semua pakaianku, kecuali CD dan BH lalu memasukkannya ke tempat pakaian kotor di sudut ruangan.“Ini pakaiannya,”Aku terperanjat.

Sandy menyerahkan baju kering itu tapi tubuh Sandy sama sekali tak memakai selembar kain pun.Aku tak berani menutup muka karena takut Sandy tersinggung. Tapi aku juga tak berani menatap payudara Sandy yang besar banget. Kira-kira sebesar semangka dan nampak ranum banget, tanda ingin segera dipetik. Berani taruhan, milik Sandy nggak kalah sama milik si superstar Pamela Anderson.“Lho kenapa tidak you lepas semuanya?” tanya Sandy tanpa peduli akan rasa heranku.“Sandy, kenapa kamu nggak pakai baju kayak gitu sih?”Sandy hanya tersenyum nakal sambil sekali-sekali memandang ke arah dadaku yang terpantul di cermin. Kemudian Sandy melangkah ke arahku. Aku jadi was-was, tapi aku takut. Aku kembali teringat pada peristiwa percobaan pemerkosaanku.Sandy berdiri tegak di belakangku dengan senyum mengembang di bibir tipisnya. Jemarinya yang lentik mulai meraba-raba mengerayangi pundakku.“Sandy! Apa-apaan sih, geli tahu!”Aku menepis tangannya yang mulai menjalar ke depan. Tapi secepat kilat Sandy menempelkan pistol di leherku.

Aku kaget banget, tak percaya Sandy akan melakukan itu kepadaku.“Sandy, jangan main-main!” aku mulai terisak ketakutan.“It’s gun, Mel and I tak sedang main-main. Aku ingin you nurut saja sama aku punya mau.” Ujar Jade mendesis-desis di telinga Jade.“Maumu apa Sandy?”“Aku mau sama ini.. ini juga ha..ha..”“Auh..”Seketika aku menjerit ketika Sandy menyambar payudaraku kemudian meremas kemaluanku dengan kanan kirinya.Tahulah aku kalau sebenarnya Sandy itu sakit, pikirannya nggak waras khususnya jiwa sex-nya. Buah dadaku masih terasa sakit karena disambar jemari Sandy. Aku harus berusaha menenangkan Sandy.“Sandy ingat dong, aku ini Melinda. Please, lepaskan aku..”“Oh.. baby, aku bergairah sekali sama you.. oh.. ikut saja mau aku, yah..” Sandy mendesah-desah sambil menggosok-gosokkan kewanitaannya di pantatku.

Sedangkan buah dadanya sudah sejak tadi menempel hangat di punggungku. Matanya menyipit menahan gelegak birahinya.“Sandy, jangan dong, jangan aku..”Muka Sandy merah padam, matanya seketika terbelalak marah. Nampaknya ia mulai tersinggung atas penolakanku. Ujung pistol itu makin melekat di dekat urat-urat leherku.“You can choose, play with me or.. you dead!”Aah.. Dadaku serasa sesak. Aku tak bisa bernafas, apalagi berfikir tenang. Tak kusangka ternyata Sandy orang yang berbahaya.“Okey, okey Sandy, do what do you want. Tapi tolong, jangan sakiti aku please..” rintihku membuat Sandy tertawa penuh kemenangan.Wajah wanita yang sebenarnya mirip dengan Victoria Beckham itu semakin nampak cantik ketika kulit pipinya merah merona. Sandy meletakkan pistolnya di atas meja. Kemudian dia mulai menggerayangiku.

Sandy mulai mencumbui pundakku. Merinding tubuhku ketika merasakan nafasnya menyembur hangat di sekitar leherku, apalagi tangannya menjalar mengusap-usap perutku. Udara dingin karena CD dan BHku yang basah membuatku semakin merinding.Jemari Jade yang semula merambat di sekitar perut kini naik dan semakin naik. Dia singkapkan begitu saja BHku hingga kedua bukit kembarku itu lolos begitu saja dari kain tipis itu. Setiap sentuhan Jade tanpa sadar aku resapi, jiwaku goyah ketika jari-jari haus itu mengusap-usap dengan lembut. Aku tak tahu kalau saat itu Jade tersenyum menang ketika melihatku menikmati setiap sentuhannya dengan mata tertutup.“Ah.. ehg.. gimana baby sweety, asyik?” kata Sandy sambil meremas-remas kedua buah dadaku.“Engh..” hanya itu yang bisa aku jawab. Deburan birahiku mulai terpancing.“Engh..” aku mendongak-dongak ketika kedua puting susuku diplintir oleh Sandy “Juude..ohh..”Aku tak tahan lagi kakiku yang sejak tadi lemas kini tak bisa menyangga tubuhku. Akupun terjatuh ke lantai kamar mandi yang dingin.

Sandy langsung saja menubrukku setelah sebelumnya melucuti BH dan CDku. Kini kami sama-sama telah telanjang bagai bayi yang baru lahir.“You cantik banget Mel, ehgh..” Sandy melumat bibirku dengan binal.“Balaslah Mel, hisaplah bibirku.”Aku balas menghisapnya, balas menggigit-gigit kecil bibir Sandy. Terasa enak dan berbau wangi. Sandy menuntun tanganku agar menyentuh buah dadanya yang verry verry montok. Dengan sedikit gemetar aku memegang buah dadanya lalu meremas-remasnya.“Ah.. ugh.. Mel, oh..” Sandy mendesis merasakan kenikmatan remasan tanganku. Begitupun aku, meletup-letup gairahku ketika Sandy kembali meremas dan memelintir kedua bukit kembarku.“Teruslah Mel, terus ..”Lalu Sandy melepaskan ciumannya dari bibirku.“Agh.. Oh.. Juude..”Aku terpekik ketika ternyata Sandy mengalihkan cumbuannya pada buah dadaku secara bergantian. Buah dadaku rasanya mau meledak.“Ehg.. No!!” teriakku ketika jemari Sandy menelusuri daerah kewanitaanku yang berbulu lebat.“Come on Girl, enjoy this game. Ini masih pemanasan honey..”Pemanasan dia bilang? Lendir vaginaku sudah mengucur deras dia bilang masih pemanasan. Rasanya sudah capek, tapi aku tak berani menolak. Aku hanya bisa pasrah menjadi pemuas nafsu sakit Sandy.

Walau aku akui kalau game ini melambungkan jiwaku ke awang-awang.Sandy merebahkan diri sambil merenggangkan kedua pahanya. Bukit kemaluannya nampak jelas di pangkal paha. Plontos licin. Lalu Sandy memintaku untuk mencumbui vaginanya. Mulanya aku jijik, tapi karena Sandy mendorong kepalaku masuk ke selakangannya akupun segera menciumi kewanitaan Sandy. Aroma wangi menyebar di sekitar goa itu. Lama kelamaan aku menciuminya penuh nafsu, bahkan makin lama aku makin berani menjilatinya. Juga mempermainkan klitnya yang mungil dan mengemaskan.“Ahh.. uegh..” teriak Sandy sedikit mengejan.Lalu beberapa kali goa itu menyemburkan lendir berbau harum.“Mel, hisap Mel.. please..” rengek Sandy.Sroop.. tandas sudah aku hisap lendir asin itu.Suur.. kini ganti vaginaku yang kembali menyemburkan lendir kawin.“Sandy aku keluar..” ujarku kepada Sandy.“Oya?” Sandy segera mendorongku merebah di lantai.

Lalu kepalanya segela menyusup ke sela-sela selakanganku.Gadis bule itu menjilati lendir-lendir yang berserakan di berbagai belantara yang tumbuh di goa milikku. Aku bergelinjangan menahan segala keindahan yang ada. Sandy pandai sekali memainkan lidahnya. Menyusuri dinding-dinding vaginaku yang masih perawan.“Aaah..” kugigit bibirku kuat kuat ketika Sandy menghisap klit-ku, lendir kawinkupun kembali menyembur dan dengan penuh nafsu Sandy menghisapinya kembali.“Mmm.. delicious taste.” Gumamnya.Sandy segera memasukkan batang dildo yang aku tak tahu dari mana asalnya ke dalam lubang kawinku.“Ahh..!! Sandy sakit..”“Tahan sweety.. nanti juga enak..”Sandy terus saja memaksakan dildo itu masuk ke vaginaku. Walaupun perih sekali akhirnya dildo itu terbenam juga ke dalam vaginaku. Sandy menggoyang-goyangkan batang dildo itu seirama. Antara perih dan nikmat yang aku rasakan. Sandy semakin keras mengocok-ngocok batang dildo itu. Tiba-tiba tubuhku mengejang, nafasku bagai hilang. Dan sekali lagi lendir vaginaku keluar tapi kali ini disertai dengan darah. Setelah itu tubuhku pun melemas.Air mataku meleleh, aku yakin perawanku telah hilang. Aku sudah tak pedulikan lagi sekelilingku. Sayup-sayup masih kudengar suara erangan Sandy yang masih memuaskan dirinya sendiri. Aku sudah lelah, lelah lahir batin. Hingga akhirnya yang kutemui hanya ruang gelap.Esoknya aku terbangun diatas rajang besi yang asing bagiku. Disampingku selembar surat tergeletak dan beberapa lembar seratus ribuan. Ternyata Sandy meninggalkannya sebelum pergi. Dia tulis dalam suratnya permintaan maafnya atas kejadian kemarin sore. Dan dia tulis juga bahwa dia takkan pernah kembali untuk menggangguku lagi. Aku pergi dari rumah kontrakan terkutuk itu seraya bertekad akan memendam petaka itu sendiri.

CERITA SEX 21+ © 2014. All Rights Reserved | Powered By Blogger | Blogger Templates

Designed by-SpeckyThemes