Hidup Tanpa Kepuasan - Untuk kesekian kalinya Kirana terlentang di tempat tidur sambil berpura-pura merasakan orgasme. Suaminya Didik berbaring di samping nya terengah-engah karena kelelahan, sambil menyeringai puas seperti orang idiot.
Meskipun hanya lima tahun perbedaan usia antara Kirana dan Didik, tetapi bayak orang yg menganggap mereka terlihat seperti bapak dan anak daripada sebagai suami istri.
Kirana adalah seorang wanita langsing mungil yg diberkati dengan payudara ukuran DD. Dia rajin merawat tubuhnya sehingga tampak jauh lebih muda dari tiga puluh dua tahun.
Tetapi hal yg sama tidak dapat dikatakan tentang suaminya. Didik tingginya hanya mencapai dagu Kirana. Dia juga seorang pria gemuk dengan rambut yg mulai menipis. Kejantanannya yg berada diantara perut gendut dan paha glambirnya hampir saja tidak terlihat. Jelas bahwa Kirana hanya menikah karena uang.
Tapi Kirana jelas bukan istri setia dan berbakti. Dia pernah berselingkuh selama pernikahannya dengan si burung emprit. Mulai dari anak tetangganya dan menyebar ke office boy dan beberapa pria di kantornya.
Tapi mereka semua telah mengakhirinya sendiri. Tak satu pun dari mereka memiliki nyali untuk melanjutkan bercinta dengan istri orang lain. Kirana merasa ditakdirkan untuk menghabiskan hidupnya tanpa kepuasan seksual.
Seperti biasa, malam itu segera setelah bercinta Didik mendengkur keras, sehingga Kirana diam-diam keluar dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk bermasturbasi, berharap untuk memberikan dirinya kepuasan yg tidak bisa didapatkan dari suaminya. Tapi saat ia membuka pintu ke kamar mandi, dia terkejut melihat apa yg terjadi di dalam kamar mandi.
Dimas, anak semata waygnya yg telah beranjak remaja, sedang duduk di kursi toilet, dengan celana yg telah melorot di atas lantai, seang asyik membelai kemaluannya yg be ukuran besar.
Dimas memandang langsung ke arahnya, tahu dia ada di sana, tapi terus membelai pula. Lengannya dipompa lebih cepat dan lebih cepat hinga muncratlah lendir yg membentuk tali yg tebal, membasahi seluruh lantai.
Melihat kejadian itu Kirana merasakan kemaluannya menjadi becek dan mulai membasahi celana dalamnya. Selangkangannya terasa gatal dan ia dipenuhi dengan nafsu yg sangat kuat yg belum pernah dirasakannya selama ini.
Dia menatap kemaluan yg ada di depannya, yg ukurannya tidak hanya akan mempermalukan milik suaminya tetapi juga kemaluan dari seluruh laki-laki yg pernah tidur dengannya. Dan itu ada pada anaknya sendiri! Akan bertambah sebesar apa jika dia semakin dewasa kelak? Hanya dengan berpikir tentang hal itu membuat Kirana mendapatkan orgasme kecil.
Jantung Kirana berhenti berdetak saat ia menyadari bahwa ia telah menatap kemaluan anaknya sendiri selama hampir satu menit. Wajahnya panas, ia bergegas kembali ke kamarnya tanpa berkata-kata, mengetahui dia akan menghabiskan malam horny dan tidak puas, tersiksa oleh mimpi bercinta dengan anaknya sendiri.
Dimas tersenyum dalam kepuasan ketika ia melihat ibunya bergegas kembali ke kamarnya. Tahap pertama dari rencananya telah berhasil tanpa hambatan. Ia tahu rutinitas orangtuanya. Pada pukul sepuluh, bapaknya akan mulai bercinta. Tidak sampai dua menit kemudian, dia akan selesai dan tertidur lelap.
Ibunya akan datang ke kamar mandi untuk masturbasi. Jadi dia sudah menunggu di kamar mandi dengan lampu yg dipadamkan, meremas-remas kemaluannya, dan menunggu ibunya masuk kedalam kamar mandi. Keberuntungan baginya karena ibunya datang ketika dia melakukannya, tepat di depannya.
Tahap dua akan dilaksanakan tidak lama lagi. Besok Bapaknya akan berangkat dalam perjalanan bisnis ke Eropa, yg memberi Dimas dua minggu sendirian dengan ibunya untuk memberikan apa yg dia benar-benar butuhkan, pria sejati dengan kemaluan keras.
Kirana pulang dari bandara setelah mengantar suaminya pergi. Tak pernah terlintas dalam pikirannya apa yg akan dilakukannya dalam dua minggu kedepan sendirian dirumah dengan anaknya. Mereka masih belum saling bicara tentang malam kemarin.
Sejak kejadian itu, ia merasa bersalah karena setiap melakukan masturbasi selalu berkhayal tentang anaknya. Tetapi rasa bersalah itu segera memudar. Lagipula, sekadar khayalan bukanlah masalah asalkan tetap hanya sebagai khayalan belaka, bukan?
Kirana berhenti di depan rumahnya, menarik napas panjang, dan enggan masuk ke rumahnya. “Dimas?” dia memanggil. “Mamah pulang.”
“Mamah?” Suara Dimas datang dari lantai atas.
“Mah, tolongin Dimas sebentar dong?”
“Oh Tuhan,” pikirnya. “Kamu lagi ngapain Nak?” Sahutnya sambil berjalan menaiki tangga ke lantai atas.
“Dimas di kamar mandi,” kata Dimas. Mengambil napas dalam-dalam, Kirana mendorong pintu ke kamar mandi. Ada Dimas, basah sehabis mandi, berdiri telanjang. Apa yg dilihat Kirana membuat gairahnya bangkit.
“Mah, tolong ambilkan handuk dong?” Pinta Anaknya. Tanpa berkata-kata, Kirana menarik handuk dari rak dan memberikan kepadanya.
“Mah, sekalian aja keringkan badan Dimas pake handuk kayak dulu waktu Dimas masih kecil?” Seolah-olah terhipnotis, Kirana melakukan apa yg diperintahkan. Dia berlutut di depannya seperti seorang pemuja dan menyeka kakinya, menarik handuk ke arah selangkangannya. Matanya tak pernah meninggalkan kemaluannya, yg perlahan mulai membesar.
Tanpa membuang kesempatan Dimas menggeser pinggulnya sehingga kemaluannya terdorong ke wajah Kirana dan meninggalkan bercak lendir di pipinya, tepat di sudut mulutnya. Perlahan-lahan Dimas mulai menggesek kemaluannya ke pipi ibunya. Tanpa sadar, Kirana mulai membuka mulutnya. Dimas siap untuk mendorong kemaluannya ke dalam mulut ibunya.
Tiba-tiba Kirana terhenyak. “Tidak! Kita tidak boleh!” katanya terengah-engah.
“Mengapa tidak?” Tanya Dimas sambil menyeringai. Ibunya masih belum mengalihkan matanya dari kemaluannya.
“Ini salah! Dan bagaimana jika mamah nanti hamil?” protes Kirana langsung dipotong oleh anaknya dengan menghujam kemaluannya ke dalam mulut ibunya. Kirana hampir tersedak tapi segera santai saat ia sekali lagi merasakan kemaluan yg sudah mengeras di dalam mulutnya.
Dia ingin melepaskan diri, tapi batin pelacurnya, wanita yg menghianati suaminya, mengatakan untuk tidak dilepas. Kirana yg sudah hampir putus asa mendambakan kemaluan sejati, kini tidak peduli jika itu putranya sendiri. Kirana mulai bereaksi terhadap kemaluan anaknya.
“Aah, nah gitu dong mah,” kata Dimas merasakan kepala ibunya mulai naik-turun pada poros nya.
“Hisap terus, mah” Ketika Kirana merasakan cairan anaknya mulai menetes menggelitik ke tenggorokannya, blowjob nya menjadi lebih cepat. Sesekali dia membuka mulutnya dan mulai memainkan lidahnya dari atas ke bawah menjilati batang kemaluan anaknya sebelum membungkus bibirnya kembali sekitar itu.
“Wah, mamah bener-bener menikmati punya Dimas ya?” kata Dimas. Kirana menjawab sambil mengulum kemaluan anaknya sehingga terdengar tidak jelas oleh Dimas.
“Ngomong apaan sih , mah?,” kata Dimas saat ia tiba-tiba menarik kemaluannya keluar dari mulut ibunya. Kirana, kehilangan apa yg ia inginkan begitu lama, mencoba untuk memasukan kemaluan anaknya kembali ke dalam mulutnya tetapi Dimas justru menarik menjauhinya.
“Katakan betapa Mamah menginginkannya,” perintah Dimas.
“Katakan betapa Mamah mencintai kemaluanku. Mamah harus memohon kepada Dimas untuk bercinta atau Dimas berhenti sekarang..”
Kirana mulai terisak sebelum dia mulai menangis dalam penghinaan.
“YA Mamah butuh kamu, sayg! Mamah ingin kamu menyetubuhi mamah! Mamah ingin merasakan kemaluan besarmu dan semburan spermamu di dalam kemaluan mamah! Oh Tuhan, aku begitu lemah aku seperti pelacur.!!” Dia membenamkan wajahnya di kedua tangannya dan menangis bebas.
“Dimas sangat mencintai Mamah,” kata Dimas. Kirana terhuyung kedepan bertumpu pada lututnya, seperti pecandu membutuhkan obat. Dia seorang pecandu … untuk anaknya. Baru sekali ia merasakan cairan pra-ejakulasi anaknya dan ia langsung terpikat. Dia yakin bahwa tidak ada seorangpun akan pernah memuaskan dirinya lagi selain anaknya.
“Berbaringlah , Mah,” perintah Dimas. ” Dimas akan bercinta dengan mamah. Itu yg mamah inginkan bukan?”
Kirana berbaring di lantai kamar mandi, melepaskan celana dalamnya dan menaikkan roknya.
“YA, Lakukanlah, nak! Bawa aku sekarang, sayg … anakku!” teriaknya.
Dimas tersenyum serta menginginkannya. Ibunya sekarang miliknya. Tetapi Dimas sekali lagi mencoba untuk menggodanya, ia bertanya polos,
“Tapi bagaimana dengan Papah?”
“Persetan dia!” jeritnya. “Dia pecundang yg tidak berharga yg tidak bisa menyenangkan mamah! Mamah sekarang menjadi milikmu. Tubuh ini milikmu, sayg!”
Tidak lagi mampu mengendalikan dirinya Dimas langsung menindih ibunya yg masih merengek dan mendorong kemaluannya yg sudah tegang ke dalam kemaluan ibunya. Meskipun Kirana sudah sering selingkuh dengan banyak pria lain, tetapi kemaluannya masih tembem dan rapet seperti empot ayam.
Baru beberapa tusukan keras, Kirana sudah mendekati orgasme pertamanya. Sodokannya semakin cepat, membuat payudaranya yg tidak memakai bra dibalik bajunya ikut bergincang.
“Oh … oh … OHHHH!” dia tersentak saat mencapai klimaks.
“Dimas, sayaaang, OHHH !”
“Papah pasti tidak pernah memuaskan mamah seperti ini, bukan?”
“Ti-tidak!”
“Dimas sayg Mamah!” kata Dimas. “Dimas ingin bercinta dengan mamah selamanya dan memliki keluarga denganmu, sayg!”
Karena nafsu gilanya, ide menikahi anaknya sendiri membuat Kirana kembali bergairah.
“Lupakan papahmu. Mulai sekarang dia bukan suamiku lagi!” kata Kirana.
” Mamah tak peduli Sekarang kamu suamiku! Si cacing kecil itu tidak akan pernah memiliki tempat dalam kemaluanku lagi!” Kata-kata yg terlontar dari mulut ibunya itu membuat gairah Dimas semakin memuncak.
“Oh Tuhan, nikmatnyaaa….aaahhhhhh…!” Dengan satu dorongan kuat terakhir, Dimas melepaskan semprotan cairan spermanya dengan deras sekali. Benihnya membanjiri jauh ke dalam rahim ibunya. Pada saat yg sama Kirana juga merasakan orgasme, untuk yg keempat kalinya. Dia menjerit dan menggeliat dalam kenikmatan.
“ Terimakasih, sayg.” Kata Kirana. “Mamah puas banget. Mama akan menghabiskan sisa bulan ini sebagai budak cintamu dan nanti setelah papahmu pulang dari Eropa mamah tidak ingin hubungan kita berhenti.” lanjut Kirana sambil memeluk anak/kekasih barunya. Mereka saling berciuman lalu tidur bersama, menghabiskan malam pertama mereka di lantai kamar mandi.
Sejak itu, selama suami Kirana masih di eropa, pasangan Ibu dan anak tersebut hampir setiap saat melakukan sex disetiap bagian rumah. Tidak hanya di kamar tidur saja tetapi mereka juga melakukannya di ruang tamu, dapur, bahkan di serambi halaman belakang.
Karena seringnya melakukan sex mereka jadi malas untuk memakai pakaian kembalai sehingga mereka lebih sering telanjang bulat selama di dalam rumah. Ketika mereka lelah melakukan sex, mereka istirahat sebentar, entah nonton TV, makan bersama di meja makan, atau sekedar baca majalah semuanya dilakukan mereka dalam keadaaan bugil.
Seletah istirahat mereka kembali bercinta dengan ganas. Seluruh ruangan di dalam rumah kini beraroma sex karena banyak cairan sperma yg berceceran di lantai, karpet, sofa, dan meja. Aktifitas yg mereka lakukan akhirnya membuahkan hasil. Kirana positif hamil.
Awalnya mereka terkejut, tetapi pada akhirnya mereka senang dan memutuskan untuk tidak menggugurkan kandungan.
Siang itu Didik tampak keluar dari taksi dan dengan tergesa-gesa ia masuk ke dalam rumah. Selama di luar negeri hasrat sexsualnya meningkat melihat wanita-wanita bule disana.
Kini hasrat itu akan segera ia lepaskan bersama istri tercinta. Ia sudah kagen dan tidak sabar ingin bercinta dengannya dan waktunya juga pas karena Dimas pasti belum pulang sekolah, jadi mereka akan sendirian.
Melangkah di dalam pintu, ia mengendus aroma aneh. Tapi karena nafsu sedang memenuhi pikirannya, ia tidak memperdulikannya.
“Sayg, papah pulang. ”
“Sebentar pah, papah tunggu dulu aja di dapur ya. Mamah punya kejutan untuk papah,” sahut Kirana dari lantai atas, sambil cekikikan.
“Wah, asyik kejutan dari istriku,” kata Didik dalam hati. Ia bergegas ke dapur (yg juga punya bau aneh) dan duduk di meja.
Dia mendengar Kirana menuruni tangga. Sebelum memasuki dapur, istrinya bertanya, “Papah udah siap dengan kejutan dari mamah?”
“Apaan sih Mah, cepetan dong!” Didik berkata keras, tidak dapat menunggu lebih lama lagi.
Kirana melangkah perlahan-lahan ke dalam ruangan, mengenakan bra berenda hitam yg dia beli untuk kesempatan khusus. Ini adalah pertama kalinya dia mengenakan baju itu. Kulitnya juga dipercantik dengan semacam cairan pelumas. Itu adalah pemandangan paling seksi yg pernah dilihat oleh Didik.
“Tunggu sebentar,” pikir Didik. “bukankah itu air … ‘
Itu adalah air mani. BANYAK air mani! Diseluruh tubuh istrinya, menutupi wajah, payudara, perut, dan selangkangan. Apakah yg telah terjadi?
Pertanyaan-pertanyaannya terjawab ketika putranya, telanjang, mengikutinya ke dalam ruangan. Dimas mendekap tubuh Kirana dari belakang dan mulai membelai payudaranya yg berukuran melon. Dengan senyum sadis, Kirana melemparkan sesuatu ke meja. Ini adalah tes kehamilan positif.
Mulut Didik ternganga pindah tanpa keluar kata-kata. Kirana menjawab pertanyaan yg tak terucapkan itu. “Ya, mamah hamil!”
Didik akhirnya bersuara. “Anak itu … itu bukan milikku, bukan?”
“Tentu saja tidak, pah!” Dimas tertawa.
“Dimas, kamu,….kamu bajingan!” ia tergagap.
“Maaf, pah tapi Mamah adalah istri Dimas sekarang,” kata Dimas. “Dia tidak mau lagi jadi istri papah, benar kan mah?.”
“Ya, aku tidak menginginkanmu lagi, cacing kecil,” kata Kirana, senang akhirnya menggunakan nama itu keras-keras.
“Tidak! Ini tidak bisa … tidak mungkin! tidak!” Didik mengoceh banyak kata penolakan kepada istri yg tidak setia dan anak durhaka. Dimas takjub melihat bagaimana segala rencananya berjalan lancar. Didik telah kehilangan pikirannya dan merekalah penyebabnya! Hal ini membuat gairah Dimas naik.
Kirana menggenggam kemaluan putranya. “Kau lihat ini?” dia berkata kepada suaminya. Masih shock, Didik hanya mengangguk. “Ini baru yg namanya kemaluan. Dan kami akan menunjukkan kepadamu bagaimana cara menggunakannya!.”
Kirana meraih ujung meja dapur dan membungkuk, menunjukkan bahwa pantatnya juga ditutupi dengan dengan bekas cairan sperma. “Bawa aku sekarang, sayg…… di depan suamiku!” Kirana memohon kepada anaknya.
“Mari kita tunjukkan padanya apa cinta sejati itu!”
“Oh! Dengan senang hati, mah. Mari kita tunjukan kepadanya bagaimana wanita cantik dan seksi seperti mamah pantas dicintai dan dinikmati..!” Sahut Dimas sambil tangannya bergerilya ke seluruh tubuh ibunya dan permainan sex pun dimulai.
Di saat terengah-engah kenikmatan, Kirana menoleh pada suaminya dan berkata, “Aku tidak … eh … akan menjadi … eh…oh Tuhan … istrimu lagi, Didik . Sekarang aku milik seorang pria yg memang layak untuk menikmati diriku. Putra kami! ” dia tertawa. “Ya….Terus, tusuk-tusukin punyamu ke lubang mamah! Jangan berhenti, sayg,,,,,! Enjot terus ibumu yg sedang hamil!”
“Mamah tidak akan pernah membolehkan cacing kecilnya papah masuk ke dalam lobang mamah yg inda ini kan?”
“Tidak, Dimas. Ohhh Saya hanya milikmu, kekasihku!Ohhh.. Sayg, mamah hampir …”
“Sama, Mah. Dimas juga hampir keluar…Ahhh.” Dimas keluarin di dalam ya, Mah! ”
“Jangan, sayg. Tunjukan kepada papahmu seperti apa semprotan air mani dari laki-laki sejati”
“YEAH!” Dimas segera menarik keluar kemaluannya dari lubang ibunya. Kirana berbalik dan menggenggam batang kemaluannya yg keras, mengocok-nocoknya hingga mucratlah segalon air mani.
Semprotan air mani tersebut menembak ke udara, lalu jatuh kelantai dengan percikan keras. Dimas kemudian kembali memasukan batang kemaluannya yg masih keras ke lubang kemaluan ibunya untuk membuat Kirana orgasme ke sebelas kalinya di hari itu.
Didik kembali shock saat melihat kuatnya semprotan air mani anaknya ke udara. Rasa sakit yg tiba-tiba menusuk sisi kiri dadanya. Sambil memegang dadanya yg sakit, tubuhnya jatuh ke lantai.
Kirana dan Dimas melihat, tapi mereka terlanjur asyik dengan permainan mereka. Mereka berdua mendekati orgasme, sebuah titik di mana benar-benar tidak ada yg bisa membuat mereka berhenti.
Hal terakhir yg dilihat Didik sebelum meninggal adalah ketika istri dan anaknya di meraih puncak kenikmatan bersama.
Didik dinyatakan meninggal karena serangan jantung pada hari itu. Semua uang dan property Didik menjadi warisan mereka. Dengan itu, Kirana bisa pensiun dini. Ibu dan anak tersebut menghabiskan hari-hari mereka bersama-sama sebagai suami dan istri, bercinta terus-menerus.
Sembilan bulan telah berlalu dan Dimas berada di ruang tunggu rumah sakit, cemas menunggu kelahiran adik barunya / anak. Segera seorang perawat datang kepadanya. “Bapak Dimas?” dia bertanya.
“Ya Bagaimana ibuku? Apakah dia baik-baik?”
“Ya,” kata perawat itu sambil tersenyum. “Dia dan bayinya baik-baik saja. Anda dapat pergi dan melihat mereka sekarang..” Dia membawanya ke ruang tempat ibunya sedang beristirahat, bayi baru mereka terbuai dalam pelukannya.
“Kemarilah,” kata Kirana. “Lihatlah ini an….adikmu.” Dia terkikik karena hampir salah ucap.
“Kami akan meninggalkan kalian bertiga saja,” kata dokter. “Jika ada sesuatu yg Anda butuhkan, tinggal tekan bel.” Dia dan perawat pergi, menutup pintu di belakang mereka.
“Bagaimana keaaan anak kita, mah?” Tanya Dimas lembut.
“Dokter mengatakan dia sehat, tetapi lihatlah ini.” Kirana menarik diri selimut bayi.
Kemaluan bayi itu ternyata besar. Panjangnya hampir setengah pahanya.
“Oh Tuhan,” bisik Dimas. Dia tahu perkawinan sedarah yg dapat menghasilkan beberapa karakteristik yg tidak biasa. Mungkin itulah alasan kemaluan bayi begitu besar.
“Kamu tidak cemburu, kan?” Kirana bertanya dengan senyum menggoda.
“Tidak sama sekali,” kata Dimas, memaksa tersenyum. “Jadi kemaluannya akan terus tumbuh bersama dengan usiai dia?”
“Kayaknya sih begitu,” kata Kirana dengan nada akrab yg memberi tanda kepada Dimas bahwa dia mulai terangsang. “Mamah penasaran akan besar apa nantinya ketika ia tumbuh dewasa. Sekarang taruh si kecil Devan ke tempatnya sehingga dia dan mamah bisa beristirahat..”
Lima belas tahun telah berlalu dan Kirana meski telah berumur dan memliki dua anak tetapi tubuhnya masih tetap kencang dan kulitnya tetap segar. Ini karena dia selalu rajin Aerobik dan perawatan tubuh. Begitu pula dengan hasrat seksualnya yg tidak pernah padam.
Kehidupan seks juga dilanjutkan dengan Dimas, tapi selama bertahun-tahun, kegembiraan mulai memudar. Mungkin karena Dimas sekarang lebih sring berperan sebagai suami daripada sebagai anak. Hal ini sampai pada titik di mana ia kadang-kadang harus berpura-pura orgasme. Dia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa itu normal untuk semua hubungan jangka panjang, tapi ia tahu kebenarannya.
Dia rindu berzinah.
Dia merindukan kegembiraan berselingkuh dari pasangannya. Dia merindukan bagaimana enaknya membodohi, mempermalukan dan menghina suaminya dengan cara berzinah dengan anaknya. Kirana telah mencoba selingkuh dari Dimas dengan pria lain, tapi itu tidak sama rasanya.
Suatu hari, jawabannya datang kepadanya dalam sekejap. Dia membersihkan kamar Devan, karena ia dengan tegas menolak untuk membersihkannya sendiri. Dia mencium aroma kamar Devan yg aneh, seperti aroma sex. Dilantai kamar tersebut bertebaran tissue-tissue bekas sperma.
Dia menarik napas dalam, menghirup aroma sperma yg lezat tersebut. Dia berhenti saat merasakan sesuatu yg tersembunyi di bawah selimut. Dia menemukan album foto dia dan Dimas yg telah tersusun mulai dari hari mereka akan mengungkapkan hubungan mereka dengan Didik.
Foto pertama menggambarkan tubuh Kirana yg dilumuri sperma Dimas sebagai persiapan untuk penghinaan Didik waktu itu. Di saku belakang binder album adalah tes kehamilan positif.
Melihat kembali pada lembaran tissue bekas di kamar Devan, ia menyadari bahwa banyak yg masih segar. Apakah dia menyemprotkan sperma sebanyak ini sekaligus?
Dimas kembali ke rumah dari perjalanannya ke toko, bersemangat untuk menyenangkan ibunya. Dia membuka pintu dan melangkah masuk, sambil hendak memanggil nama Kirana.
Tiba-tiba Dimas mendengar suara. Dia mengenal suara itu.
“Ohh..goyg terus! Oh, Tuhan, setubuhi ibumu, sayg,” teriak Kirana liar dari lantai atas. Suaranya bergetar dan tersentak dengan nafsu dan gairah seksual. Marah, Dimas menjatuhkan belanjaan nya, berlari ke atas dan membuka pintu kamar tidur utama. Dia tertegun dengan apa yg dilihatnya.
Kirana berbaring telentang, telanjang, dan Devan sedang asyik menyodokkan batang kemaluannya yg super besar masuk dan keluar dari kemaluan ibunya. Sebuah genangan besar dari air mani dari blowjob sebelumnya telah memercik ke mulut dan payudara.
Anaknya / cucunya menindih di atasnya, menjepit tangannya di atas kepalanya sambil ia menggoygkan pantatnya. Kirana berusaha mengimbangi irama gerakan pantat Devan dengan semangat yg membuat Dimas menyadari betapa Kirana tidak lagi puas dengan Dimas.
Dia berdiri di sana selama hampir satu menit sebelum mereka akhirnya memperhatikan kehadirannya. “Mah, lihat siapa yan datang,” kata Alan dengan sinis.
Kirana berbalik menghadapi suaminya, Dimas dan mmemperlihatkan nafsu yg bergelora dimata Kirana. Tapi ketika melihat anak/suaminya itu berdiri di depannya, Kirana tersenyum lebar, senyum yg sama ketika dia menunjukkan Didik tes kehamilan.
Dia menertawakannya, kasihan melihat si anak/suami yg kini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan cucu/anaknya Devan dalam hal keperkasaan seksual.
“Kirana,” kata Dimas tersedak-sedak. “Mangapa?”
“Maafkan aku, Sayg,” kata Kirana dengan suara tidak tulus tapi mengejek. “Saya menghargai hubungan kita tapi saya menemukan sesuatu yg lebih …” dia dan Devan berbagi senyum, “memuaskan.” Mereka tertawa lepas bersama-sama.
Mata Dimas terbelalak ketika Devan berpindah posisi ke belakang ibunya yg setengah nungging kemudian ia meremas dengan kasar payudara ibunya, sambil menghujamkan batang kemaluannya ke lubang pantat ibunya.
“Ahh…. ohhhh…..nikmatnya, sayg,” lutut Kirana bergetar hebat menahan kenikmatan orgasme yg entah kesiakn kalinya. Tubuh Kirana akhirnya lungkai karena lemas dan ambruk ke kasur tetapi Devan tetap menahannya sehingga psisinya kini menjadi doggy style di atas kasur.
Devan terus melanjutkan hujaman-hujamannya bergantian ke lubang kemaluan dan ke lubang pantat ibunya. Semakin lama gerakannya semakin cepat. Hal ini membuat Kirana terangsang kembali.
“ Ahhh….teruss sayg. Jangan berhenti. Mamah udah hampir….ohhhh…” racau Kirana sambil menatap tajam Dimas yg masih berdiri terpaku dengan mata berkaca-kaca dihadapan mereka.
“ Devan juga mau keluar, mah…eh..eh…eh. Devan keluarin di dalem ya, mah?” tanya Devan tanpa memperlambat goygannya.
“Jangan, sayg…ahh…Tunjukan kepada kakakmu seperti apa lelaki perkasa itu, sayg.” Pinta Kirana sambil terengah-engah menahan nikmat.
“ Oke, mah.” Devan langsung mencabut kemaluannya dari lobang pantat ibunya dan menghadapkannya ke wajah Dimas yg masih berdiri shock dengan mulut ternganga.
“Arghhhhhh………rasakan ini! Tiba-tiba menyemburlah lahar panas dari ujung kemaluan Devan. Semprotannya sangat kuat menuju ke udara tepat ke wajah Dimas. Beberapa tembakan pertama tepat masuk ke mulut Dimas yg masih ternganga.
Dimas yg tidak siap menerima semprotan tesebut kembali shock dan akhirnya tubuhnya lunglai jatuh ke lantai tidak sadarkan diri. Wajahnya belepotan penuh dengan air mani adik/anaknya sendiri.
Melihat Dimas yg sudah terkapar tidak berdaya dengan wajahnya yg belepotan air mani, Kirana dan Devan tertawa terpingkal-pingkal. Kemudian Kirana bangun dari tempat tidurnya menuju ke Dimas yg tergeletak.
Ia lalu berjongkok tepat diwajahnya dan mengencinginya sambil terkekeh-kekeh. Mereka kembali tertawa puas dengan kelakuan mereka dan akhirnya karena kecapaian mereka tidur pulas bersama ditempat tidur sementara Dimas dibiarkan begitu saja tergeletak apa adanya.
0 komentar: