STORY21 - TRAGEDI DINAS DI SEMARANG

Tragedi Dinas di Semarang - Linda adalah salah seorang manager pada bagian Treasury di sebuah bank asing. Linda berumur 28 tahun, dia adalah seorang Sunda yang berasal dari daerah Bogor. Linda telah bersuami dan mempunyai seorang anak yang baru berumur 7 tahun. Tubuh Linda dapat dikatakan kurus dengan tinggi badan kurang lebih 163 cm, dengan berat badannya kurang lebih 49 kg. Buah dadanya berukuran kecil tetapi padat, pinggangnya sangat ramping dengan bagian perut yang datar. Kulitnya kuning langsat dengan raut muka yang manis.

Setibanya di Semarang, setelah check in di hotel mereka langsung mengadakan kunjungan pada beberapa nasabah, yang dilakukan sampai dengan setelah makan malam. Setelah selesai berurusan dengan nasabah, mereka kembali ke hotel, dimana Martin dan Linda melanjutkan acara mereka dengan duduk-duduk di bar hotel sambil mengobrol dan minum-minum. Linda pada awalnya diajak juga, tapi karena merasa sangat lelah, dan di samping itu ia juga merasa tidak enak mengganggu mereka, maka ia lebih dulu kembali ke kamar hotel untuk tidur.

Menjelang tengah malam, Linda tiba-tiba terbangun dari tidurnya, hal ini disebabkan karena ia merasa tempat tidurnya bergerak-gerak dan terdengar suara-suara aneh. Dengan perlahan-lahan Linda membuka matanya untuk mengintip apa yang terjadi. Hatinya terkesiap melihat Martin dan Linda sedang bergumul. Keduanya berada dalam keadaan polos sama sekali.

Linda yang bertubuh kecil itu, sedang berada di atas Martin seperti layaknya seseorang yang sedang menunggang kuda, dengan pantatnya yang naik turun dengan cepat. Dari mulutnya terdengar suara mendesis yang tertahan,

“Ssshhh…, sshhh…”, karena mungkin takut membangunkan Linda.

Kedua tangan Martin sedang meremas-remas kedua buah dada Linda yang kecil tetapi padat berisi itu. Linda sangat panik dan berada dalam posisi yang serba salah. Jadi dia hanya bisa terus berlagak seperti sedang tidur. Linda mengharapkan mereka cepat selesai dan Martin segera kembali ke kamarnya. Besok dia akan menegur Linda agar tidak melakukan hal seperti itu lagi di kamar mereka. Seharusnya mereka dapat melakukan hal itu di kamar Martin sehingga mereka dapat melakukannya dengan bebas tanpa terganggu oleh siapa pun. Dari bau whisky yang tercium, rupanya keduanya masih berada dalam keadaan mabuk. Linda berusaha keras untuk dapat tidur kembali, walaupun sebenarnya ia merasa sangat terganggu dengan gerakan dan suara-suara yang ditimbulkan oleh mereka.

Pada saat Linda mulai terlelap, tiba-tiba ia merasakan sesuatu sedang merayap pada bagian pahanya. Linda sangat terkejut dan tubuhnya mengejang, karena pada saat dia perhatikan, ternyata tangan kanan Martin sedang mencoba untuk mengusap-ngusap kedua pahanya yang masih tertutup selimut. Linda berpura-pura masih terlelap dan mencoba mengintip apa yang sebenarnya sedang terjadi. Rupanya permainan Martin dan Linda sudah selesai dan Linda dalam keadaan kelelahan serta mengalami kepuasan yang baru dinikmatinya, sudah tergolek tidur.

Martin yang masih berada dalam keadaan polos dengan posisi badan setengah tidur disamping Linda, sambil bertumpu pada siku-siku tangan kiri, tangan kanannya sedang berusaha menyingkap selimut yang dipakai Linda. Linda menjadi sangat panik, pada awalnya dia akan bangun dan menegur Martin untuk menghentikan perbuatannya, akan tetapi di pihak lain dia merasa tidak enak karena pasti akan membuat Martin malu, karena dipikirnya Martin melakukan hal itu lebih disebabkan karena Martin masih berada dalam keadaan mabuk. Akhirnya Linda memutuskan untuk tetap berpura-pura tidur dengan harapan Martin akan menghentikan kegiatannya itu.

Akan tetapi harapannya itu ternyata sia-sia belaka, bahkan secara perlahan-lahan Martin bangkit dan duduk di samping Linda. Tangannya menyingkap selimut yang menutupi tubuh Linda dengan perlahan-lahan dan dari mulutnya menggumam perlahan,

“Psssttt sayang, mari kubantu menikmati sesuatu yang baru…, nih.., kubantu melepaskan celana dalammu…, nggak baik kalau tidur pakai celana dalam”, sambil tangannya yang tadinya mengelus-elus bagian atas paha Linda bergerak naik dan memegang tepi celana dalam Linda, kemudian menariknya dengan perlahan-lahan ke bawah meluncur di antara kedua kaki Linda.

Badan Linda menjadi kaku dan dia tidak tahu harus berbuat bagaimana. Linda seakan-akan berubah menjadi patung, pikirannya menjadi gelap dan matanya dirasakannya berkunang-kunang. Martin melihat kedua gundukan bukit kecil dengan belahan sempit di tengahnya, yang ditutupi oleh rambut hitam kecoklatan halus yang tidak terlalu lebat di antara paha atas Linda. Jari-jari Martin membuka satu persatu kancing daster Linda, sambil tangannya bergerak terus ke atas dan sekarang ia menyingkapkan seluruh selimut yang menutupi tubuh Linda, sehingga terlihatlah payudara Linda yang membukit kecil dengan putingnya yang kecil berwarna coklat tua.

Sekarang Linda tergolek dengan tubuhnya yang tanpa busana, tungkai kakinya yang panjang dan pantat yang penuh berisi, serta buah dada yang kecil padat dan belahan di antara paha atas yang membukit kecil, benar-benar sangat merangsang nafsu birahi Martin. Martin sudah tidak sanggup menahan nafsunya, penisnya yang baru saja terpuaskan oleh Linda, sekarang bangkit lagi, tegang dan siap tempur.

Sejak saat itu Martin bertekad untuk tidak akan membebaskan Linda. Ia terlalu berharga untuk di biarkan, Martin akan menikmati tubuh Linda berulang-ulang pada malam ini. Kemolekan tubuh Linda terlalu sayang untuk disimpan oleh Linda sendiri pikir Martin. Martin mendorong tubuh Linda dan mulai meremas-remas payudara Linda yang telah terbuka itu,

“Dengerin sayang, kamu akan saya ajarin menikmati sesuatu yang nikmat, asal kamu baik-baik nurutin apa yang akan saya tunjukkan”.

Kesadaran Linda mulai kembali secara perlahan-lahan dan dengan tubuh gemetar Linda perlahan-lahan membuka matanya dan memperhatikan Martin yang sedang merangkak di atasnya. Linda mencoba mendorong badan Martin sambil berkata,

“Martin, apa yang sedang kau lakukan ini?”, “Sadarlah Martin, aku khan sudah bersuami, jangan kau teruskan perbuatanmu ini!”. Karena menganggap Martin berada dalam keadaan mabuk, Linda mencoba membujuk dan menggugah kesadaran Martin.

Akan tetapi Martin yang telah sangat terangsang melihat tubuh Linda yang molek halus mulus dan bugil di depan matanya mana mau mengerti, apalagi penisnya telah dalam keadaan sangat tegang.

“Gila! Cakep banget! Lihat buah dadamu, padat banget. Cocok sama seleraku! Kamu emang pinter menjaga tubuhmu, sayang!”, kata Martin sambil menekan tubuhnya ke tubuh Linda.

Linda berusaha bangun berdiri, akan tetapi tidak bisa dan dia tidak berani terlalu bertindak kasar, karena takut Martin akan membalas berlaku kasar padanya.

Sedangkan dalam posisinya itu saja ia sudah tidak ada lagi kemungkinan untuk lari.

Sambil menjilat bibirnya Martin berbaring di sisi Linda.

“Lin, lebih baik kamu mengikuti kemauanku dengan manis, kalau tidak saya akan maksa kamu dan saya perkosa kamu habis-habisan. Kalau kamu nurutin, kamu akan merasakan kenikmatan dan tidak akan sakit”. Lalu tangannya ditangkupkan di buah dada Linda, sambil meremas-remasnya dengan sangat bernafsu, sambil merasakan kehalusan dan kepadatan buah dada Linda. “Bodi kamu oke banget!”, kata Martin. “Coba kamu berputar Linda!”. Perlahan-lahan dengan perasaan yang putus asa Linda berputar membelakangi Martin. Dan dirasakanya tangan Martin sekarang ada di pantatnya meremas dan meraba-raba.

Kemudian Martin menyibakkan rambut Linda, dan dihirupnya leher Linda dengan hidungnya sementara lidahnya menelusuri leher Linda. Sambil melakukan hal itu tangan Martin berpindah menuju kemaluan Linda. Pada bagian yang membukit itu, tangannya bermain-main, mengelus-elus dan menekan-nekan, sambil berkata,

“Kasihan kamu, Linda, pasti suami kamu tidak tahu cara membahagiakan kamu?”,

“Tapi tenang aja sayang, dengan saya, kamu nggak bakalan bisa lupa seumur hidup, kamu bakalan merasakan bagaimana menjadi Linda sejati!”. Sambil memutar kembali tubuh Linda.

Setelah itu Martin mengambil tangan Linda dan meletakkannya di kemaluannya yang telah sangat tegang itu.

Ketika merasakan tangannya menyentuh benda hangat yang besar lagi keras itu, tubuh Linda tersentak, belum sempat Linda dapat berpikir dengan jelas, terasa badannya telah ditelentangkan oleh Martin dan dengan cepat Martin telah berjongkok di antara kedua kakinya yang dengan paksa terkangkang akibat tekanan lutut Martin. Dengan sebelah tangannya menuntun penisnya yang besar, Martin lalu menempelkan ujung penisnya ke bibir vagina Linda,

“Apa kamu mau saya masukin itu?”,

“Aaahhh…, jangaaann…, jaaangaaann……”, Linda dengan suara mengiba-iba masih berusaha mencoba menghalangi niat Martin.

Linda mencoba mengeser pinggulnya ke samping, berusaha menghindari penis Martin agar tidak dapat menerobos masuk ke dalam liang kewanitaannya.

Sambil tersenyum Martin berkata lagi,

“Kamu tidak dapat kemana-mana lagi, lebih baik kamu diam-diam saja dan menikmati permainan saya ini..!”. Martin lalu memajukan pinggulnya dengan cepat dan menekan ke bawah, sehingga penis besarnya yang telah menempel pada bibir kemaluan Linda dengan cepat menerobos masuk ke dalam liang vagina Linda dengan tanpa dapat dihalangi lagi.

Testis Martin mengayun-ayun menampar bagian bawah vagina Linda, sementara Linda megap-megap karena dorongan keras Martin.

Linda belum pernah merasakan saat seperti ini, setiap bagian tubuhnya serasa sangat sensitif terhadap rangsangan. Buah dadanya terangsang saat ditindih oleh dada Martin. Dirinya sudah lupa kalau sedang diperkosa, ia tidak peduli pada tubuh besar Martin yang sedang bergerak naik turun menindih tubuhnya yang langsing. Linda mulai merasakan suatu sensasi kenikmatan yang menggelitik di bagian bawah tubuhnya, vaginanya yang telah terisi oleh penis besar dan panjang milik Martin, terasa menggelitik dan menyebar ke seluruh tubuhnya, sehingga Linda hanya bisa menggeliat-geliat dan mendesis mirip orang kepedasan.

Linda hanya berusaha menikmati seluruh rasa nikmat yang dirasakan tubuhnya. Sekarang Linda mencoba untuk berusaha aktif dengan ikut menggerakkan pinggulnya mengikuti irama gerakan Martin di atasnya. Martin melihat Linda mengerang, merintih dan mengejang setiap kali ia bergerak. Dan Linda sudah mulai terbiasa mengikuti gerakannya. Martin merasakan tangan Linda merangkul erat pada punggung bawahnya mengelus-elus ke bawah dan meremas-remas pantatnya serta menariknya ke depan agar semakin merapat pada tubuh Linda. Martin terus menggosok-gosokkan penisnya pada klitoris Linda.

Martin sekarang ingin membuat Linda orgasme terlebih dahulu. Linda semakin terangsang dan tak terkendali lagi setiap kali bagian tubuhnya bergerak mengikuti tekanan dan sodokan Martin, sekarang wajahnya terbenam di dada bidang Martin, mulutnya megap-megap seperti ikan terdampar di pasir, dengan perlahan-lahan mulutnya bergeser pada dada Bossnya dan sambil terus menjilat akhirnya tiba pada puting susu Martin.

Sekarang Linda secara refleks mulai menyedot dan menghisap puting susu Martin, sehingga badan Martin mulai bergetar juga saking merasa nikmatnya. Penis Martin terasa semakin keras, sehingga Martin semakin ganas saja menggerakkan pantatnya menekan pinggul Linda dalam-dalam. Linda merasakan vaginanya berkontraksi, sambil berusaha menahan rasa geli yang tidak terlukiskan menggelitik seluruh dinding liang kemaluannya dan menjalar ke seluruh tubuhnya.

Perasaan itu makin lama makin kuat menguasainya sehingga seakan-akan menutupi kesadarannya dan membawanya melayang-layang dalam kenikmatan yang tidak pernah dialaminya selama ini dan tidak dapat dilukiskan ataupun diuraikan dengan kata-kata. Kenikmatan yang dialami Linda tercermin pada gerakan tubuhnya yang meronta-ronta liar tanpa terkendali bagaikan ikan yang menggelepar-gelepar terdampar di pasir. Desahan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulutnya yang mungil,

“Ooohhhh…., aagghh…, adduhhh..!”.

Kedua pahanya melingkari pantat Martin dan dengan kuat menjepit serta menekan ke bawah, disertai tubuhnya yang mengejang dan kedua tangannya mencengkeram alas tempat tidur dengan kuat, benar-benar suatu orgasme yang dahsyat telah melanda Linda. Martin merasakan penisnya terjepit dengan kuat oleh dinding kemaluan Linda yang berdenyut-denyut disertai isapan kuat seakan-akan hendak menelan batang penisnya. Terasa benar jepitan dinding vagina Linda dan di ujung sana terasa ada “tembok” yang mengelus kepala penisnya.

Setelah beristirahat sejenak dan melihat Linda sudah agak tenang, Martin mulai memompa lagi. Pompaan Martin kali ini segera dibalas oleh Linda, pinggulnya bergerak-gerak “aneh” tapi efeknya luar biasa. Penis Martin serasa dilumat dari pangkal sampai kepalanya. Lalu masih ditambah dengan variasi, ketika pinggul Linda berhenti dari gerakan aneh itu, tiba-tiba Martin merasakan penisnya terjepit dengan kuat dan dinding-dinding kemaluan Linda berdenyut-denyut secara teratur, sekitar 4-5 kali denyut menjepit, baru kemudian bergoyang aneh lagi.

Wah, suatu sensasi melanda perasaan Martin, suatu hubungan kelamin yang belum pernah dinikmatinya dengan Linda manapun juga selama ini. Menyesal Martin karena tidak dari dulu-dulu menikmatinya. Gerakan aneh di dalam liang kemaluan Linda makin bervariasi. Terkadang Martin malah meminta Linda berhenti bergoyang untuk sekedar menarik nafas panjang. Lumatan dinding kemaluan Linda pada penis Martin membuatnya geli-geli dan serasa akan ‘meledak’.

Martin tidak ingin cepat-cepat sampai, karena masih ingin menikmati “elusan” vagina Linda. Tetapi gerakan-gerakan di dalam liang kemaluan Linda semakin menggila dan semakin liar.

Hingga akhirnya Martin harus menyerah, tak mampu menahan lebih lama lagi perasaan nikmat yang melandanya, semakin cepat Martin bergerak mengimbangi goyangan pinggul Linda, semakin terasa pula rangsangan yang akan meletupkan lahar panas yang sedang menuju klimaks, mendaki puncak, saat-saat yang paling nikmat. Dan akhirnya, pada tusukan yang terdalam, Martin menyemprotkan maninya kuat-kuat di dalam liang kemaluan Linda, sambil mengejang, melayang, bergetar. Pada detik-detik saat Martin melayang tadi, tiba-tiba kaki Linda yang pada awalnya mengangkang, diangkatnya dan menjepit pinggul Martin kuat-kuat. Amat sangat kuat.

Lalu tubuhnya ikut mengejang beberapa detik, mengendor dan terus mengejang lagi, lagi dan lagi…, Linda pun tidak sanggup menahan dorongan orgasme yang melandanya lagi, punggungnya melengkung ke atas, matanya terbeliak-beliak, serta keseluruhan tubuhnya bergetar dengan hebat tanpa terkendali, seiring dengan meledaknya kenikmatan orgasme di vaginanya. Orgasme kedua dari Linda.

“Tiiiinnnnnn, aduuuh, Tiiiiinnn, aahhhhh…, aaduuhh…, nikmaaatt.., Tiiinn….!”.Martin tersenyum puas melihat tubuh Linda terguncang-guncang karena orgasme selama 15 detik tanpa henti-hentinya. Kemudian tangan Linda dengan eratnya menekan pantat Martin ke arah selangkangannya sambil kakinya menggelepar-gelepar ke kiri kanan. Martin pun terus menggerakkan penisnya untuk menggosok klitoris Linda. Setelah orgasmenya selesai, tubuh Linda langsung terkulai lemas tak berdaya, terkapar, dengan kedua tangan dan kakinya terbentang melebar ke kiri kanan. Linda merasa bagian-bagian tubuhnya seolah terlepas dan badannya tidak dapat digerakkan sama sekali.

Setelah gelombang dahsyat kenikmatan yang melandanya surut, Linda kembali ke alam nyata dan menyadari bahwa dia sedang terkapar di bawah tindihan badan kekar lelaki bule berkulit putih yang bukan suaminya yang baru saja memberikan kepuasan yang tiada tara padanya. Suatu perasaan malu dan menyesal melandanya, bagaimana dia bisa begitu gampang ditaklukkan oleh lelaki tersebut. Tanpa terasa air mata penyesalannya bergulir keluar dan Linda mulai menangis tersedu-sedu. Dengan tubuhnya yang masih menghimpit badan Linda, Martin mencoba membujuknya dengan memberikan berbagai alasan antara lain karena ia terlalu banyak minum sehingga tidak dapat mengontrol dirinya.

Sambil membujuk dan mengelus-elus rambut Linda dengan perlahan-lahan penisnya mulai tegang lagi dan dengan halus penisnya yang memang telah berada tepat di depan kemaluan Linda ditekan perlahan-lahan agar masuk ke dalam kemaluan Linda. Pada saat merasakan penis Martin mulai menerobos masuk ke dalam kemalunnya, Linda bereaksi sedikit dengan mencoba memberontak lemah tapi akhirnya diam pasrah dan membiarkan penis besar tersebut masuk sepenuhnya ke dalam liang kemalunnya.

Dengan perlahan-lahan Martin menggerakkan badannya naik-turun, sehingga lama-kelamaan tubuh Linda mulai terangsang kembali dan bereaksi, dan pergumulan kedua insan tersebut semakin lama semakin seru mendaki puncak kepuasan dan kenikmatan, terlupa akan segala penyesalan. Pertarungan mereka terus berlanjut sepanjang malam dan baru berhenti menjelang fajar menyingsing keesokan harinya.

Pukul 10 pagi keduanya baru terbangun dan terlihat Linda telah berpakaian rapi, sedang menikmati sarapan paginya sambil mengerling ke arah mereka dengan senyum-senyum rahasia. Pada mulanya Linda merasa sangat malu terhadap Linda, tapi melihat reaksi Linda yang seperti itu, seakan-akan mengajak bersekutu, akhirnya Linda menjadi terbiasa

Share this Post Share to Facebook Share to Twitter Email This Pin This Share on Google Plus Share on Tumblr

0 komentar:

CERITA SEX 21+ © 2014. All Rights Reserved | Powered By Blogger | Blogger Templates

Designed by-SpeckyThemes