STORY21 - MENIKMATI MEMEK KAKAK IPAR

LampungMenikmati Memek Kakak Ipar - Ini merupakan sebuah pengalaman pribadi yang saya alami. Kejadiannya begini, suatu hari rumahku kedatangan tamu dari Lampung. Kak Irma kakak tertua istriku. Dia datang ke Jakarta karena tugas kantor ikut seminar di kantor pusat sebuah bank pemerintah.

Irma adalah kepala cabang di Lampung, Irma menginap dirumah kami. Dari pada menginap di hotel, mendingan juga uang hotel disimpan buat beli oleh-oleh.

Selama seminggu dia tinggal dirumahku. Dari istriku kutau kalau Kak Irma berusia 40 tahun. Suaminya sudah meningal 2 tahun lalu karena kecelakaan. Orangnya cantik, putih, tinggi semampai. Lebih tepatnya kubilang anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat religius.

Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak Irma jalan-jalan, maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta, biasanya ke mal karena waktunya sempit. Kami sudah berencana pas hari Sabtu akan jalan-jalan ke Taman Safari.

Tiba hari Sabtu, istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran di Mangga Dua. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku mengusulkan agar aku tetap mengantar Irma jalan-jalan misalkan ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua. Sebetulnya aku agak males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua Irma karena orangnya pendiam. Akupun menduga Irma pasti nggak mau. Tapi tanpa dinyata ternyata Irma menyetujui usul istriku.

Pagi-pagi banget istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang di daerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu Irma yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan merokok. Kami berencana jalan jam 10 pagi. Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam.

Pikiranku melayang membayangkan kakak istriku ini. Kak Irma sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulia keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan Irma. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.

Kuatur jebakan untuk memancing Irma. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan keramas. Dengan berlilit handuk aku menunggu kepulangan Irma dari olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu dibalik horden dan kulihat Irma memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit.

Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan Irma. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat penerangan jelas.

Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu Irma melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan jIrmaorku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini.

Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas. Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Irma. Dari bakik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin Irma pasti melihat tubuhku yang polos dengan jIrmaor yang tegak berdiri.

Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terpaku berhenti didepan kamar tanpa beranjak. Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalo ada orang. Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang.

“E..ee…maaf Irma, aku kira nggak ada orang,” kataku seraya mendekati pintu seolah ingin menutup pintu.

Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan Irma terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya.

Dengan tenangnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Irma dan sekali lagi memohon maaf.

“Maaf ya Irma, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumah ini,” kataku sambil berdiri di depan pintu mau menutup pintu.

Tiba-tiba seperti tersadar Irma bergegas meninggalkanku sambil berkata

“i…i…iya , tidak apa-apa….”.

Dia langsung masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku.

Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas mengetok pintu kamar Irma.

“Ada apa Reyhan,” ujar Irma setelah membuka pintu.

Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan.

“Irma, maafkan Reyhan ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah ini,” kataku merangkai obrolan biar nyambung.

“Nggap apa-apa, cuma Irma malu hati, sungguh Irma malu melihat kamu telanjang tadi,” balasnya tanpa mau menatap aku.

“Kenapa musti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi Irma kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu,” kataku memancing reaksinya.

“Sejujurnya Irma tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang Irma malu, tanpa sadar Irma terpaku didepan kamarmu. Jujur aja Irma sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Irma seperti terpana,” katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan.

Aku jadi nggak tega. Kudekati Irma dan kuberanikan memegang pundaknya seraya menenangkannya.

“Sudahlah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau.”

Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya.

Kuusap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk mandi aja. Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk saat Irma sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, Irma diam saja. Mukanya diselusupkan di dadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya.

“Jangan Rey…dosa,” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku.

Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Dan usaha kedua Irma sudah menyerah. Bibirnya dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan. Kucoba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada putting susu sebelah kiri. Irma menggeliat.

Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan. Seperti dicocok hidungnya Irma menurut saja dengan apa yang kulakukan terhadapnya.

Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya , Irma diam saja. Kubopong tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku.Irma masih diam.

Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher, perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil, turun lagi kebawah ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya hujilat-jilat terus sampai ke ujung jempol kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh Irma yang putih bersih sangat membangkitkan gairah.

Kukangkangkan kakinya, Irma masih diam saja. Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir vagina dan klitorisnya Irma tiba-tiba berteriak ,

” Ahhhhhhhh……..”

“Kenapa Irma….Sakit?,” tanyaku.

Irma hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat vagina itu kulanjutkan. Irma menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung..

”Reyhanyyyyyy… ayo Reyhan….jangan siksa aku dengan nikmat…ayo Reyhan tuntaskan….Irma udah nggak tahan,” katanya.

Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung ku naiki kedua pahanya dan kutusukkan jIrmaorku kelobang surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang melesak kedalam. Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas. Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Irma semakin menggelinjang.

Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme, gerakan pantatku semakin cepat dan kencang. Irma meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre. Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang,

“Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….,” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai puncak.

Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tanganya yang mendorong tubuhku.

“Jangan keluarin di dalam ….aku lagi subur,” suaranya tersengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.

Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya.

“Baik Irma cantik, Reyhan keluarin diluar ya,” balasku sambil kembali memasukkan JIrmaor ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras.

Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Irma agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi Irma menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan.

Dan sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Irma dan kugencet batang jIrmaorku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali jIrmaorku meludah. Sekujur tubuh Irma yang mulus ketumpahan spermaku. Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Irma bagkit mengambil tisu dan meneyka badan serta mukanya.

“Reyhan…kamu sudah memberikan apa yang belum pernah Irma rasakan,” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.

Dengan persetujuan Irma, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol karena Irma nggak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi melakukan persetubuhan. Dalam dua sessi berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama Irma. Kalo permainan pertama dia banyak diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat menjadi buas….buas…sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.

“Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 20 tahun dengan Irma. Sampai Mas Teguh meninggal, Irma tidak pernah merasakan kenikmatan sexual seperti ini. Sebetulnya Irma masih kepengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi Irma sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh.” Cerita Irma sebelum kami sama-sama tertidur pulas.

Share this Post Share to Facebook Share to Twitter Email This Pin This Share on Google Plus Share on Tumblr

0 komentar:

CERITA SEX 21+ © 2014. All Rights Reserved | Powered By Blogger | Blogger Templates

Designed by-SpeckyThemes