Terpaku Pembantu Rumah - Cerita kali ini dapat dari bapak-bapak yang melakukan kejadian yang baru dalam hidupnya, dalam cerita ini ada sensasi yang berbeda saat membacanya yuk simak ceritanya.
Umurku yang sudah menginjak kepala tiga saat ini sudah beristri dan mempunyai 3 anak aku tinggal di pinggiran kota Bogor, orangtuaku tinggal di perumahan yang tak jauh dari rumahku, bisa dibilang bercukupan sehingga dia bisa mempekerjakan seorang pembantu dirumahnya, didalam cerita ini pembantu itu pemeran utama dalam ceritaku. Simak cerita berikut ini.
Bapakku baru 4 bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri hanya ditemani Anya, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Anya berumur 26 tahun, dia masih belum bersuami. Wajahnya tidak cantik, bahkan giginya agak maju sedikit, tidak bisa disebut jelek juga.
Tapi yang menarik dari Anya ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 160 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya cokelat. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh istriku yang sudah agak mekar. Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10 pagi, sampai di rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya istriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang sekolah semua. Akupun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumahku.
Biasanya kalau tidak ada di rumah, istriku sering mampir ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja. Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Anya, sedang memasak.
Kutanya Anya, “Nya, Bu Denise (nama istriku) kesini nggak?”
“Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya” jawab Anya.
“Terus Ibu (Ibuku) kemana?” Tanyaku lagi.
“Tadi dijemput Bu Intan (Adikku) diajak ke sekolah Brandon (keponakanku)”
“Oooh” sahutku pendek.
“Masak apa nya? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhay itu.
“Ini Pak, sayur sop”
Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.
“Pak Irwan ngeliatin apa sih” Tanya Anya.
Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab, “Ngeliatin pantat kamu nya. Kok bisa seksi begitu sih nya?”
“Iiih Bapak, kan Ibu Denise juga pantatnya gede”
“Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu nya”
“Lain gimana sih Pak?” tanya Anya, sambil matanya melirik kearahku.
Aku yakin, saat itu memang Anya sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi. Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi,
“Iya, kalo Bu Denise kan cuma menang gede, tapi tepos”
“Terus, kalo saya gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.
Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri. Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Anya yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.
“Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.
“Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut Anya, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.
Mendengar itu, akupun yakin bahwa Anya memang minta aku ‘apa-apain’. Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya.
Adduuhh, rasanya enak sekali karena Anya memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMA) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat Anya yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.
“Apaan nih Pak, kok keras? tanya Anya genit.
“Ini namanya soni nya, sodokan nikmat” sahutku.
Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Anyapun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku.
Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya. Saat kuremas, Anya sedikit menggelinjang dan mendesah,
“Aaahh, Pak” sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit maju itu), dia membalas kecupanku.
Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam nafsu kami.
Tititku yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Anya).
Sekitar lima menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak basa basi akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.
Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, “Ssshh, aahh, Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak”
Dan akupun menarik tangan Anya, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku. Sesampai di kamarnya, Anya langsung memelukku dengan penuh nafsu,
“Pak, Anya sudah lama loh pengen ngerasain punya Bapak”
“Kok gak bilang dari dulu nya?” tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.
Dan akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.
Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali.
Rupanya Anya tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu. melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.
“Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit tubuh Anya meresap ke kulit tubuhku.
Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairahku, “Aahh, Bapak”. Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian.
Kemudian kujilati pentil Anya yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada istriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung mengeras. Kurebahkan Anya ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya.
Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Anya yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Anya. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.
“Pak, jangan diliatin aja dong, Anya kan malu” Kata Anya.
Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan bibirkupun menyentuh vagina Anya yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu. Anya menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klitnya.
Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini. “Anya, memek kamu indah sekali, sayang”
“Pak Irwan suka sama memek Anya? tanya Anya.
“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Anya.
“Mulai sekarang, memek Anya cuma untuk Pak Irwan” Kata Anya.
“Pak Irwan mau kan?”
“Siapa sih yang gak mau memek kayak gini nya?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.
Anya terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.
“Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang” Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas
“Pak Irwan.. aahh, Anya nggak kuat Pak.. sshh”
Kurasakan kedua paha Anya menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Anya menjadi semakin basah.
Anya sudah mencapai orgasme yang pertama. Anya masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Anya sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.
Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Anya sangat handal memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya yang agak maju itu mengenai batang kemaluanku.
Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Anya terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.
“Pak Irwan, Anya masukin sekarang ya Pak?” pinta Anya.
Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga.
Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Anya memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku. Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Anya.
Aku harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina Anya. Ketika kutekan agak keras, Anya sedikit meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata,
“Pelan dong Pak Irwan, sakit nih, tapi enak banget”.
Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan vaginanya.
Kami terdiam dulu, Anya menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali.
Luaar Biasaa! Kemaluan Anya menyedot kemaluanku! Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Anyapun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan Anya. Wow.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluanku di dalam vaginanya.
Anya merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yang besar menekan dadaku, dan astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak bertahan. Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Anya yang ternyata ada ’empot ayamnya’ ini lebih lama lagi.
Maka, kudorong tubuh Anya ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia. Lalu kusuruh Anya tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Anya.
Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Anya yang sangat indah itu.
Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Anya. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan- kedutan di kepala tititku.
“Anya, aku udah gak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Anya.
“Iya Pak, Anya juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Irwan.., cepetin dong genjotannya Pak” pinta Anya.
Akupun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Anya yang luar biasa itu, Anya mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang panjang, tubuhku mengejang.
“Anya, ahh.. ahh, aku keluar sayaang”
Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Anya pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.
“Pak Irwan, Anya juga keluar paakk, sshh, aahh”.
Aku terkulai di atas tubuh Anya. Anya masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali
pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.
“Anya, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.
“Pak Irwan suka memek Anya?”
“Suka banget nya, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya. Kembali kami berpagutan.
“Dibandingin sama Bu Denise, enakan mana Pak?” pancing Anya.
“Jauh lebih enak kamu sayang”
Anya tersenyum.
“Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Anya lain kali. Anya sayang sama Pak Irwan”
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Anya. Pembantu ibuku yang sekarang jadi kekasih gelapku.
0 komentar: