Akses Menakjubkan - Seorang temanku yang punya jabatan cukup tinggi, mengeluh bahwa nafsu sexnya tidak terlampiaskan oleh istrinya. Padahal menurut dia istrinya cukup mampu mengimbangi permintaannya. Namun jika sedang halangan, dia tidak bisa mendapat layanan tempat tidur.
Dia mengaku tidak berani main dengan perempuan bayaran. Aku bisa mengerti, karena dia adalah termasuk petinggi partai yang berbasis agama. Dulu sebelum dia menjadi apa-apa, kami sering jalan ke panti pijat, bahkan dia juga punya langganan di panti pijat yang mempunyai service body massage, atau dipijat oleh tubuh cewek.
Sikapnya berubah total sejak dia terdeteksi mengidap kanker. Meskipun baru stadium awal, dia takut setengah mati. Berobatlah dia ke Singapura selama 6 bulan bolak balik, yang akhirnya sembuh dan dinyatakan bersih dari penyakit kanker. Penyakit itu dianggapnya sebagai teguran agar dia meKaniagalkan perbuatan-perbuatan maksiat.
Setelah setahun stop sama sekali berhubungan dengan perempuan selain istrinya, muncullah keluhannya soal nafsu sexnya yang terasa terlalu tinggi. Meskipun umurnya sudah mendekati 50 tahun. Dia berfikir untuk punya istri satu lagi. Istri kedua yang dikawini sah secara agama, tetapi tidak dicatatkan ke catatan sipil. Istri itu pun tentunya akan disembunyikan dari istri pertamanya.
Dia resah mencari sosok yang pantas dijadikan istri. Yang dijumpai selalu perempuan yang hanya ingin harta saja. Aku dimintai bantuan untuk mencarikan perempuan yang ideal dijadikan istri kedua. Aku sanggupi saja dengan menjanjikan akan membantunya.
Padahal pada saat itu, tidak terbayang seorang pun perempuan yang layak disodorkan untuk temanku. Mungkin sudah jalannya, sehingga aku kemudian menemukan akses yang aku sebut akses menakjubkan. Ini juga bukan direncanakan. Perjumpaan secara kebetulan dengan kawan lama, itulah yang kemudian memberi akses.
Aku kebetulan saja berpapasan dengan dia ketika sedang jalan di Plaza Senayan. Kami lalu berbual-bual mengenai banyak hal sampai berhenti pada satu topik yang menarik. Dia menawariku untuk kawin kontrak. Dia mengaku punya 1 istri yang dikontrak. Kawinnya secara agama adalah sah, karena disebut kawin siri, tapi tidak tercatat di catatan sipil.
Seketika itu juga rasanya aku ingin menelepon temanku yang kebelet punya istri lagi. Tapi aku tahan, karena aku harus membuktikan kebenaran informasi dari teman lamaku ini. Banyak kabar lebih indah dari rupa.
Temanku yang sebutlah namanya Hendrik, mengatakan ada satu daerah di dekat Sukabumi, yang sudah lazim menerima kawin kontrak. Di daerah itu banyak sekali wanita-wanita cantik. Dia lalu menyebut salah satu nama artis penyanyi yang berasal dari Sukabumi. “ Kalau yang model kayak gitu banyak,” katanya.
Aku mengorek semua informasi mengenai kawin kontrak itu. Sebelumnya aku sudah mengetahui soal kawin kontrak oleh turis-turis Arab di Puncak. Tapi aku survey, ceweknya kurang memenuhi syarat, alias banyak yang kurang cantik.
Menurut Hendrik, sangat mudah kawin kontrak di Sukabumi, Tinggal kunjungi daerah itu, lalu pilih perempuan mana yang cocok bayar biaya perkawinannya termasuk maharnya Rp 20 juta. Setelah itu setiap bulan memberi uang belanja 5 juta.
Perempuannya boleh di bawa ke Jakarta, atau tetap tinggal di kampungnya. Masa kontrak biasanya 1 tahun. Jika perempuannya sudah pernah kawin atau janda biaya maharnya hanya 10 juta. Meskipun janda, tetapi mereka umumnya masih muda, kata Hendrik.
Untuk membuktikan kebenaran bualan Hendrik itu aku lalu membuat janji bersama-sama ke Sukabumi. Pada hari yang dijanjikan Aku dan Hendrik pagi-pagi sekali hari Sabtu sudah memacu kendaraan ke arah Sukabumi.
Hendrik menjadi penunjuk jalan. Dari jalan raya, mobil kami masuk ke kampung yang letaknya sekitar 3 km ke dalam. Tidak ada yang istimewa tampaknya, biasa seperti kampung-kampung yang lain.
Hendrik berhenti di salah satu rumah, yang rupanya itu adalah rumah salah satu istri mudanya. Dia disambut hangat, bahkan istrinya mencium tangannya. Aku sempat shock juga melihat istri muda Hendrik, cantiknya diluar dugaanku, masih muda, putih pula.
Tidak lama kami ngopi datang seorang pria paruh baya. Dia memperkenalkan dirinya, Ujang, umurnya sekitar 50 tahun. Haris kemarin ternyata sudah mengontak Kang Ujang untuk mencarikan perempuan yang layak dijadikan istri.
Tanpa rikuh Ujang menunjukkan foto-foto yang tersimpan di HP nya kepada Hendrik. Si Ujang menjelaskan profil satu persatu foto-foto itu. Aku ikut nimbrung nonton foto-foto di HP nya Ujang. Ada yang janda, ada yang masih perawan. Kelihatannya Ujang sangat menguasai informasi koleksinya.
Aku yang semula tidak berfikir soal kawin kontrak tergoda juga setelah melihat foto-foto itu. Aku lalu berfikir, sekali seminggu ke Sukabumi rasanya tidak terlalu berat. Apalagi biaya rumah tangganya hanya Rp 5 juta per bulan.
Aku kepincut dengan salah satu foto yang disebut Ujang statusnya janda dari kawin siri. Jika dilihat dari fotonya cewek pilihanku itu cantik banget, kayak bintang film. Aku ingin melihat fisiknya sebelum nanti memutuskan melakukan kawin kontrak.
Ujang lalu mengontak cewek yang namanya Kania. Tidak sampai 1 jam muncul sebuah motor bebek dengan pengendaranya seorang cewek. Dia datang sendiri dan masuk tidak lupa mengucapkan salam. Tangan kami masing-masing diciumnya, seperti kami ini Kyai.
Bodynya lumayan montok, wajahnya cantik, umurnya baru 20 tahun, statusnya janda sudah setengah tahun. Pilihanku sudah mantap dan aku putuskan akan mengawininya. Persoalannya adalah aku tidak membawa uang cash 10 juta.
Kampung ini jauh pula dari ATM. Si Kania rupanya menangkap kesulitanku, dia menawarkan E-banking aja, karena dia juga punya rekeKania yang sudah di set E-banking.
Tidak kusangka dan tidak kuduga, bahwa di pelosok kampung ini penduduknya sudah mengenal E-banking. Aku mentransfer dengan melebihkan 2 juta, jadi aku mentransfer 17 juta. Tidak lama kemudian HP si Kania berbunyi dan dia mengatakan transferanku sudah masuk.
Tidak pakai basa-basi si Kania, lalu dia mengajakku di bonceng pulang ke rumahnya. Rumahnya tidak terlalu mentereng, tetapi lumayan rapi dan bersih. Halaman di depannya tidak terlalu luas. Aku diperkenalkan dengan ayah dan ibunya. Dia anak tertua, adiknya ada 2 orang.
Sesungguhnya aku agak canggung, karena baru kenal. Aku pikir apakah mungkin aku ngamar setelah proses akad nikah nanti. Ah pasrah saja, aku berbasa-basi dengan kedua orang tuanya.. Kania berganti pakaian dengan pakaian berjilbab.
Setelah itu ayahnya menanyakan kepadaku apakah aku siap, aku katakan siap. Tidak lama muncul seorang bapak, yang dikenalkan sebagai uwak si Kania. Dia akan menjadi saksi. Tanpa proses macam-macam, ritual nikah pun dimulai.
Aku dipinjami peci. Ayahnya menjabat tanganku, lalu mengatakan “ Aku nikahkan anakku…………” aku langsung menjawab saya terima nikahnya dengan maskawin 10 juta rupiah. “ Sah” kata si uwak.
Selesai sudah, aku resmi menjadi suami si Kania. Aku kontak si Hendrik, menceritakan bahwa aku sudah punya istri baru, dia tertawa, lalu berjanjikan pulang sehabis maghrib saja, sebab jalanan agak kosong.
Tidak ada pesta tidak makan yang istimewa. Aku di ajak makan dengan lauk, ikan mas goreng, sambal, lalapan dan sayur asem serta tahu tempe goreng. Aku memang lapar jadi rasanya nikmat sekali.
Aku menjelaskan bahwa untuk sementara si Kania tinggal saja di sini. Apakah nanti akan aku boyong ke Jakarta atau bagaimana, keputusannya menyusul. Ayahnya tidak keberatan. Perut kenyang , kopi secangkir lagi sudah habis, dan mata mulai mengantuk.
Gejala itu ditangkap oleh ayah si Kania. “ Mari silakan istrirahat dulu. Aku bingung mau istriahat dimana, Kania menarikku ke arah salah satu kamar, yang ternyata adalah kamarnya.
Sebuah kamar yang tidak terlalu besar, tetapi ada spring bed ukuran mungkin 160 cm, ada TV LCD meski ukurannya kecil, ada perangkat meja solek dan sebuah kursi. Kami berdua duduk di bed. Si Kania menawarkan apakah aku mau buang air kecil dulu, karena kamar mandinya di belakang rumah. Aku setuju, karena rasanya agak sesak kencing juga.
Sekembali ke kamar, si Kania sudah berganti dengan daster. Kamarnya tidak ada AC, tetapi karena udara di kampung ini sejuk jadi tidak terasa gerah. Kania membuka pakaian ku satu persatu dan menggantungnya di balik pintu. Tinggal celana dalam, itu pun dilepasnya.
Penisku belum ngaceng sempurna, karena masih grogi dengan perubahan hidupku yang demikian drastis. Si Kania juga menelanjangi dirinya dan menghidupkan TV dengan suara agak keras. Dia menarikku untuk berbaring.
Rasanya sulit untuk menyia-nyiakan hidangan yang siap saji di depan mata. Aku memeluk tubuh Kania. Teteknya masih sangat kenyal dan belum terlihat sedikitpun turun. Pentilnya kecil, belum berkembang, menandakan dia belum pernah hamil. Jembutnya jarang, bahkan nyaris gundul. Tangan Kania menggenggam penisku dan dikocok-kocoknya pelan.
Aku bangkit dan menciumi lehernya, lalu turun menjilati dan mengigit pelan kedua pentil teteknya bergantian. Sementara itu tanganku merabai bukit pukinya yang lumayan mentul. Jari tengah mengorek belahan memeknya. Aku menguit-nguit itilnya sampai kemudian celah memeknya mulai berlendir.
Setelah puas menciumi tetek, aku beralih, ke arah memeknya, Aku menciumi memeknya. Si Kania menahanku dan berusaha menarik tubuhku ke atas, Malu, katanya .
Aku tetap bertahan dan lidahku langsung menjilati belahan memeknya dan Kania menggelinjang. Dia tetap berusaha menarikku keatas. Tetapi tenaganya mulai melemah setelah lidahku menemukan itilnya. Pinggulnya bergerak-gerak gak karuan, katanya geli, tapi dia mendesis juga.
Aku tetap bertahan menjilati itilnya yang terasa sudah mulai menonjol. Jika tadi tangannya berusaha menarik kepalaku menjauh dari memeknya sekarang malah menjambaki dan menekan kepalaku agar lebih lekat dengan memeknya.
Kania mengerang dan entah apa yang diucapkan dalam bahasa Sunda. Mungkin sekitar 10 menit dia lalu mencapai orgasmenya dengan oral di memeknya. Si Kania berteriak lirih sambil terus mengerang juga sampai orgasmenya selesai.
Dioral merupakan pengalaman pertama baginya. Suaminya yang dulu sudah tua, tidak pernah mengoralnya. Penisku yang telah tegak sempurna kuarahkan memasuki gerbang kenikmatan. Perlahan-lahan penisku menerobos celah memek yang sudah setengah tahun tidak pernah diterobos, jadi rasanya sempit juga.
Kania mengeluh memeknya agak sakit, aku dimintanya pelan-pelan. Aku turuti sampai penisku ambles semuanya. Setelah mentok maka aku memompa perlahan-lahan. Si Kania mendesis-desis. Dia hanya menggelengkan kepala ketika kutanya apakah masih sakit.
Aku tidak mampu bertahan lama sekitar 10 menit sudah tepancut spermaku masuk di dalam memeknya. Nikmat sekali rasanya menjadi pengantin baru. Kania dengan sabar membersihkan bekas sperma di batang penisku dan dia pun membersihkan lelehan sperma di memeknya dengan tissu.
Aku berbaring kelelahan. Kania mendampingiku. Aku tertidur, karena sejak sehabis makan siang tadi aku sudah agak ngantuk. Mungkin sekitar satu jam tertidur, aku dibangunkan oleh kocokan tangan si Kania di penisku. Dia lalu mengoral penisku sampai jadi tegang kembali.
Kania berinisiatif menaiki tubuhku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Sambil jongkok digenjotnya penisku. Capek jongkok dia bersimpuh dan bergerak maju mundur. Nikmat sekali dan kami main cukup lama. Kania sempat mendapat orgasme sekali baru aku menyusul.
Aku benar-benar lelah. Setelah istirahat sebentar, Kania mengajakku ke kamar mandi. Aku dikasinya sarung dan atasannya aku mengenakan kaus oblong yang kupakai tadi. Sementara itu Kania hanya berkemben handuk yang menutupi sebagian tetek montoknya dan sedikit di bawah memeknya.
Aku agak canggung juga keluar dengan Kania yang hanya mengenakan handuk, tetapi karena ini rumah dia, maka mungkin kebiasaan disini memang begitu. Aku digandengnya ke kamar mandi di belakang lalu berdua kami mandi.
Airnya dingin sekali. Sesungguhnya aku hampir-hampir tidak kuat, tetapi gengsi juga karena si Kania malah mandi junub dan keramas rambutnya. Aku pun mengikuti mandi junub dengan air yang dinginnya luar biasa. Tapi lama-lama airnya terasa hangat.
Setelah selesai Kania kembali mengenakan kemben handuk dan aku juga kembali bersarung masuk kekamarnya. Aku berpakaian kembali dan Kania mengenakan celana jeans dan kaus tank top merah. Secangkir kopi dan singkong dan pisang goreng sudah tersedia di meja.
Jujur saja aku kikuk ngobrol dengan mertuaku yang laki dan yang perempuan. Tapi mereka terlihat wajar-wajar saja sehingga aku pun jadi akrab. Si Kania duduk di sampingku sambil terus-terusan ngelendot. Ini sebenarnya membuatku risih karena rasanya kurang sopan bergelendot di depan orang tuanya.
Tapi mungkin di sini sudah jamak yang aku ikuti saja adat mereka. Hari mulai gelap dan tidak lama kemudian Hendrik sudah meneleponku. Aku kembali diantar Kania dengan sepeda motor ke rumah istri Hendrik. Di sana ada pak Ujang. Kami ngobrol lagi.
Tidak lama kemudian Kania pamit pulang. Aku membujuk Pak Ujang untuk mentransfer koleksi foto-foto cewek-cewek yang siap dinikahi. Dia dengan senang hati mentransfer melalui fasilitas bluetooth, bahkan dia berjanji mengirim foto-foto lainnya jika ada yang baru.
Dalam perjalanan pulang aku dan Hendrik hanya senyum senyum saja. Dia berencana menambah istri kalau proyeknya kelak goal. Temanku yang sedang galau ingin punya istri muda, kukontak.
Aku mengatakan, ada informasi A-1. Dia tertawa terbahak-bahak, kayak intelijen saja pakai istilah A-1. Kami lalu janjian ketemu di satu cafe setelah jam kerja. Sampai pertemuan itu, aku tidak menyebut bocoran soal yang aku sebut A-1.
Dia masih under-estimate mengenai A-1 yang kumaksud. Setelah kami tenang duduk berdua dan kopi sudah terhidang, baru aku sebutkan bahwa aku tahu suatu tempat untuk mencari istri muda. Aku sebutkan bahwa para calon istri muda itu rata-rata cantik-cantik dan bersedia diajak kawin sebagai istri muda, bahkan mau dikawin kontrak. “Ah serius nih, aman gak,” katanya.
Temanku sangat bergairah dan ingin cepat-cepat menuju tempat yang kumaksud. Dia membatalkan semua acara yang seharusnya ada tugas keluar kota pada hari Sabtu, tetapi dia memilih pergi denganku. Saking semangatnya dia sudah pula menyiapkan uang tunai sekitar 30 juta di tasnya.
Di rumah dia pamit tugas keluar kota. Dari foto-foto yang ada di HP ku dia memang naksir sekitar 2-3 orang. Namun yang membuat aku risih, adalah pertanyaannya. Dia mencari istri yang jembutnya lebat.
Sejak kami sering plesir bersama, idaman dia adalah wanita yang berjembut lebat dan tidak memiliki tato, sedangkan aku sebaliknya, cari kalau bisa yang masih gundul. Karena selera kami berlawanan maka kami tidak pernah menaksir cewe yang sama.
Kami menggunakan kendaraanku, langsung menuju kediaman istri mudaku, Kania. Di sana sudah ada Pak Ujang sang mediator. Aku disambut cium tangan oleh istriku dan salam dari segenap keluarga besarnya. “ Gila istri lu cakep banget, gua naksir juga,” katanya berbisik.
Pak Ujang menginformasikan bahwa pilihan temanku itu sudah keduluan diambil orang, tapi masih ada yang baru, tapi masih gadis usianya baru 17 tahun. Temanku agak tertarik, tetapi dia kurang minat karena ceweknya terlalu muda dan masih perawan pula. Dia cari yang usianya sudah sekitar 25 tahun.
Dalam koleksi gambar koleksi gambar Pak Ujang, tidak ada stok yang berusia segitu, yang banyak adalah yang lebih muda dari itu. Pak Ujang lalu berpikir sebentar, lalu dia mengontak seseorang, kayaknya sesama Kibus (kaki busuk, atau perantara).
Info yang didapat Pak Ujang ada 2 orang, tapi umurnya gak sampai 25, yang pertama namanya Desi usianya 23 baru sekali kawin, dan bukan kawin kontrak, belum punya anak. Yang satu lagi Idah umurnya 24, juga janda belum punya anak. Keduanya kata temen Pak Ujang, cantik-cantik. Temanku belum yakin sebelum melihat fotonya.
Sedang kami sibuk mencari calon istri untuk temanku, Si Kania nyeletuk bahwa dia ada tetehnya, kakak sepupu tapi belum pernah kawin. Si Kania belum yakin jika tetehnya mau dikawin, karena dia baru lulus perguruan tinggi di Sukabumi.
Kebetulan rumahnya tidak jauh. Dia lalu menyuruh adiknya untuk memanggil si teteh itu. Tidak sampai setengah jam muncul suara salam dari luar suara yang halus. Kami semua menoleh ke pintu. Si Kania berdiri dan berteriak eh teteh, masuk teteh.
Aku berdua temanku sempat nganga. Teteh si Kania tubuhnya tinggi, bodynya proporsional, mukanya itu lho cantik sekali dan pakai jilbab. Kami berdua diperkenalkan, tapi salaman nya tidak menyentuh, jarak jauh aja.
Dia memperkenalkan namanya Nadia. Kami tidak sempat ngobrol, karena dia langsung masuk ke dalam. Temanku langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Aku menggoda temanku, “Perlu ditanya gak jembutnya tebal.” Temanku menyikut pelan. “Gua tutup mata aja langsung oke kalau memang dia mau.”
Kania ikut masuk dan agak lama mereka ngobrol di dalam. Kania keluar dan langsung duduk disebelahku. Menurut Kania, tetehnya mau jadi istri muda temanku, tapi dia tidak mau tinggal dikampung di rumah orang tuanya kalau sudah menikah, boleh di Sukabumi, boleh juga di Jakarta.
Syarat berikutnya adalah dia ingin mengirim biaya ke orang tuanya setiap bulan 5 juta, untuk membantu biaya sekolah 3 adiknya dan bagi keperluan rumah tangga orang tuanya. Itu saja syaratnya.
Temanku langsung buru-buru setuju. Namun aku mencegah dia terburu-buru. Aku minta temanku dan calon istrinya itu untuk berbicara 4 mata dulu di dalam. paling tidak untuk saling mengenal lebih jauh, Kania setuju usulanku, Aku dan Kania mengantar temanku masuk ke dalam. Mereka berdua duduk di kursi meja makan, dan kami semua kembali kedepan.
Sekitar satu jam mereka berkomunikasi, kami tidak bisa mendengar, karena ruangan ke belakang dihalangi oleh korden. Nampaknya telah terjadi kesepakatan, Temanku keluar bergandengan tangan dengan calon istrinya. Nadia malah tampak manja mengelendot temanku.
Aku heran, melihat sedemikian cepat negosiasi mereka sampai mencapai kesepakatan. Kursi disediakan untuk mereka duduk berdua berdampingan. Sempat ngobrol sebentar sambil menyeruput sisa kopi. Nadia lalu memberi tahu bahwa mereka akan melakukan akad di rumahnya, kami diminta bersama-sama kerumah dia.
Dengan berjalan kaki seperti rombongan lenong, kami menuju rumah Nadia. Rumahnya sangat sederhana, tidak seimbang dengan kecantikan Nadia. Ayahnya sudah tua dan ibunya juga. Memang menurutku tidak pantas temanku menginap dirumah ini, karena pasti Nadia tidak punya kamar pribadi.
Meja kursi langsung di siapkan. Pertama temanku minta izin ke orang tuanya untuk memperistri Nadia. Orang tuanya tidak banyak bicara hanya berkata setuju saja. Setelah itu dimulailah ritual akad nikah. Yang menikahkan adalah ayah Nadia sendiri dan saksinya adalah mertuaku dan aku.
“Aku terima nikahnya dengan mas kawin 25 juta rupiah,” kata temanku menjawab perkataan ayah mertuanya. Aku langsung menyambut Barakallah, sah.
Resmilah keduanya menjadi suami istri. Setelah minum kopi lagi dan makan pisang goreng, sementara si Nadia berkemas, aku dan Kania serta rombongan kembali kerumah awal. Si Nadia langsung diboyong ke Jakarta. Aku pun oleh temanku menyarankan memboyong istri mudaku ke Jakarta sekalian.
Gila prosesnya terlalu cepat, karena semua proses tadi hanya berlangsung sekitar 3 jam. Kami berempat sudah kembali berada di mobil menuju Jakarta. Temanku menunjuk satu hotel yang katanya sudah dia book melalui telepon. Aku sempat menanya ulang tujuan hotel yang dipesan temanku itu, karena hotel itu hotel bintang 5. Dia malah membayariku kamar untuk 2 malam.
Sebulan kemudian aku baru bertemu lagi temanku si pejabat itu. Dia menyewa apartemen yang dekat dengan kantornya. Dia bercerita tentang Nadia, menurut temanku dia tidak salah pilih, karena Nadia, budi pekertinya baik, orangnya cantik dan berpendidikan.
Kelihatan sekali temanku ini sangat kesengsem sama bini barunya. Aku ingatkan dia agar jangan mengumbar hartanya, untuk menyenangkan bini mudanya. Jalani saja hidup bersama dia dengan cara yang tidak berlebihan, karena dengan demikian urusan jadi tidak terlalu merepotkan.
Setelah setahun aku pun menarik si Kania tinggal di Jakarta, karena aku bosan mondar-mandir Jakarta-Sukabumi. Dia kutempatkan di apartemen studio dengan ukuran yang agak luas di pusat kota.
Baru 3 bulan tinggal di Apartemen, Kania sudah mengeluh tidak kerasan. Dia kesepian jika aku tinggal sendirian. Aku memang jarang nginap di apartemen. Memang konsekuensi ini sudah aku kemukakan sebelumnya.
Kania minta ditemani. Dia mengusulkan aku menambah seorang istri lagi dan dia akan tinggal bersama di apartemen. Aku sempat terhenyak sebentar. Usul itu sangat menarik. Setelah aku kalkulasi aku masih sanggup membiayainya.
Aku minta jaminan ke Kania apakah dia tidak akan cemburu, jika aku mempunyai seorang istri lagi. Dia berjanji tidak akan cemburu, malah akan berusaha akur. Anehnya Kania malah menyodorkan salah seorang saudaranya.
Kata dia sudah kontak-kontakan dengan orang tua anak itu dan sudah pula berbicara dengan anaknya. Namanya Ratna, umurnya sekitar 24 tahun, lulus S-1. Menurut Kania anaknya sudah mau dan orang tuanya juga setuju. Aku melihat beberapa fotonya di HP si Kania, anaknya lumayan cantik dan imut, kulitnya putih.
Menurut Kania anaknya baik, sopan dan tidak rewel. Mungkin karena aku sungkan, ya aku setuju saja. Rencana aku menambah istri kukabarkan ke temanku. Dia lalu buru-buru mengundang ke apartemennya. Jam 7 malam aku datang bersama Kania.
Ah aku lupa memperkenalkan kepada pembaca Stary21 nama temanku ini. Aku biasa memanggilnya Bud, karena namanya Galih. Aku jadi ada hubungan famili dengan Galih karena istri muda kami bersaudara.
Apartemennya lebih besar dibanding punyaku. Dia kan pejabat berpengaruh, mungkin duit korupsinya banyak. Aku sebenarnya ingin juga punya apartemen yang besar, tetapi tentunya harus dua kamar dan masing-masing kamar ada kamar mandinya. Mana ada apartemen seperti itu.
Dari pada pusing aku beli dua apartemen tipe studio dengan ukuran masing-masing 36 m2. Letaknya bersebelahan. Sayangnya agak sulit membuat connecting door.
Galih dan Nadia menyambut kami, secangkir kopi dan kue-kue sudah dihidangkan. Setelah basa-basi sejenak. Galih menanyakan kembali soal aku akan menambah istri. Aku menjelaskan bahwa keinginan untuk kawin lagi, lebih karena dorongan si Kania. “ Iya pak saya tinggal sendirian di Apartement gak betah, sepi. Mana saya kan penakut, jadi setiap malam saya rasanya selalu ketakutan,” kata Kania.
“Ya si Kania bener Pak, kalau udah di tinggal sendirian rasanya sepi banget, kayaknya bapak perlu istri satu lagi Pak, tapi harus yang cocok ama saya Pak,” kata Nadia menimpali.
Galih diam saja, aku tidak tahu apakah dia sudah cukup terlampiaskan punya istri dua. Tidak lama kemudian Galih berpendapat, “ Saya sih ikut saja kalau Nadia maunya punya temen, siapa yang di calonkan saya mah setuju aja lah, yang penting Nadia betah.” kata Galih.
Nadia berlalu ke dapur diikuti Kania. Tinggallah kami berdua. Aku bertanya soal istri barunya apakah baik dan sebagainya. “Wah top banget, kayaknya mau gua resmi in aja, gua lagi cari cara untuk ngomong ke istri tua,” katanya.
“Pikir yang matang, karena you itu pejabat penting, jangan sampai karir terganggu. Soal izin ke istri tua jangan buru-burulah, nanti bisa perang dunia,” kataku.
Seminggu kemudian Galih ingin ngobrol sama aku. Dia janjian di coffee shop salah satu hotel. “wah gawat nih,” katanya tiba-tiba. Aku menduga istri tuanya memergokinya.
“Bukan itu, bos,” katanya
“Yang disodorkan Nadia itu adalah saudaranya sekaligus 2 orang. Mereka memang saudara jauh, gimana nih,” ujar Galih.
Aku penasaran ingin melihat foto kedua calon istri yang disodorkan Nadia. Kelihatannya masih belia dan memang cantik-cantik. “Terus masalahnya apa,” tanyaku.
“Ya aneh aja masak sekali nikah dua orang , jadi istri gua semua empat dong,” katanya.
“Apa soal biaya memberatkan,” tanyaku.
“Kalau itu sih gak masalah, tetapi aku khawatir tidak punya cukup waktu untuk berbagi. Ini aja si Nadia hanya gua tengoki cuma seminggu sekali, lu kan tau bos, gua banyak tugas ke luar kota, keluar negeri.
“Ah jangan hanya dilihat soal sexlah, kita kan sudah cukup umur, yang penting bisa bantu orang dan memperluas kekeluargaan,” kata ku.
“Kalau soal sex sih wanita normal cukup sebulan sekali. Biasanya nafsunya tinggi saat masa subur, itu saja. Kalau bisa dua minggu sekali sudah bagus,” kataku
“Justru kalau soal sex gak masalah bagi gua, setiap orang seminggu sekali pun gua masih kuat, tapi kalau mereka menuntut perhatian atau waktu kebersamaan yang lebih banyak itu, yang gua berat bos,” katanya.
“Kalau soal itu hanya tinggal bagaimana memberi pengertian saja, mereka toh sudah menyadari bahwa istri muda tidak bisa menuntut terlalu banyak. Fokus mereka adalah mengangkat kehidupan keluarganya, agar ada yang membiayai untuk hidup layak, itu saja,” kataku.
“Oh gitu ya, mantaplah kalau gitu,” katanya
Pembicaraan terputus, ketika istri-istri kami datang membawa tambahan hidangan. Aku menanyakan kapan akan ke Sukabumi untuk menambah keluarga.
Kami sepakati sebulan ke depan, karena dalam waktu dekat ini Galih masih banyak acara penting. Aku pun menyesuaikan diri dan berencana akan menambah satu istri lagi bersamaan dengan Galih.
Pada Hari yang ditentukan, kami berangkat dari Jakarta sehabis subuh. Aku dan Galih masing-masing membawa mobil sendiri-sendiri. Di tempat tujuan kami berpisah. Segala segala sesuatu sudah dipersiapkan.
Akad nikah pertama adalah istri Galih saudara dekat Nadia bernama Irma. Aku dan Kania menghadiri upacara ritual pernikahan. Irma memang cantik, mengenakan jilbab, tingginya sekitar 155 cm, lebih pendek dari Nadia.
Setelah itu Galih dan istri-istrinya menuju rumah orang tua calon istri baruku. Dia bernama Ratna, usianya 23 tahun fresh graduate S-1 Ekonomi. Aku suka dengan mukanya yang ayu, bibir tipis, bodynya yang luar biasa.
Teteknya kelihatan besar, bokongnya lebar dan yang menjadi kesenanganku adalah pahanya yang gempal. Tingginya sekitar 160. Kulitnya putih bersih seperti rata-rata orang Sukabumi. Dari sorot matanya aku yakin istri baruku ini cerdas. Ratna, statusnya masih perawan, dan memang sesungguhnya dia masih dara.
Setelah ritual perkawinan tuntas, kami segera memboyong dengan rombongan makin besar ke tempat perkawinan kedua Galih. Rumahnya agak jauh masuk lagi lebih jauh sekitar 2 km. Tuan rumah calon istri Galih bingung melihat begitu besar rombongan yang datang.
Namun Nadia dan Kania sudah mempersiapkan kue-kue untuk hidangan dari Jakarta. Bukan itu saja berbagai macam lauk juga sudah disiapkan. Tuan rumah hanya perlu memasak nasi lebih banyak saja.
Calon istri Galih yang akan dinikahi ini kelihatannya sudah cukup matang. Usianya 24 tahun, pendidikan S-1 juga, tetapi aku tidak tahu jurusannya. Badannya langsing, tapi teteknya gede juga. Mukanya cantiklah, kalau tidak mana mau si Galih. Statusnya masih perawan.
Selesai ritual pernikahan kami menikmati hidangan yang dibawa dari Jakarta. Hidangan nya jadi sangat kontras, karena rumah istri yang baru dinikahi itu sangat sederhana. Dia adalah Asih saudara jauh Nadia.
Masyarakat di kampung-kampung ini menganggap anak perempuan adalah asset yang mahal. Dalam perjalanan kembali aku memperhatikan rumah-rumah yang mentereng atau kelihatannya bagus, adalah rumah mereka-mereka yang menjadi istri kontrakan.
Sesampai di Jakarta, aku tidak langsung belah duren, karena apartemen yang akan ditempati Ratna belum disiapkan perabot dan peralatan lainnya. Ratna tinggal bersama Kania. Aku memerlukan waktu seminggu sehingga unit apartemen Ratna sudah benar-benar layak ditinggali. Kamar-kamar mereka aku disain seperti suite room hotel bintang 5.
Tibalah waktu untuk belah duren, Hari itu adalah hari Jumat. Setelah makan siang aku menuju ke apartemen Ratna. Dia sudah menantiku. Aku dihadiahi ciuman ketika dia menyambutku di pintu. Badannya terasa bau harum.
Pakaian yang dikenakan adalah daster tipis. Mungkin dia sengaja membeli di mall di bawah apartemen ini. Saking tipisnya aku bisa melihat putting susunya yang tidak dilindungi BH dan belahan pantatnya karena dia tidak mengenakan celana dalam.
Aku langsung terangsang dan penisku mengeras perlahan-lahan. Ratna sudah siap betul akan dipecahkan keperawanannya. Dia berpendidikan tinggi, sehingga pemahaman soal hubungan suami istri sudah dia sadari.
Aku duduk di sofa sambil melihat tayangan di televisi. Dari belakang bahuku dipijat. Nikmat sekali pijatannya, apalagi aku baru menembus kemacetan, hari Jumat. Sambil memijat dia membukai kancing bajuku sampai terlepas semua lalu melepas bajuku.
Aku senang dia agresif dan sadar akan perannya. Setelah baju digantung, lalu singletku dilepas melalui atas kepala. Aku sudah telanjang setengah badan. Ratna duduk bersimpuh, sepatuku dan kaus kaki dilepas. Lalu maju dengan tetap bersimpuh di antara kedua kakiku dan melepas pengait sabuk lalu resleting celana.
Perlahan-lahan celanaku ditariknya ke bawah sampai lepas dan digantungkan di dalam lemari. Celana dalam yang tersisa terlihat menggelembung karena penghuninya sudah berusaha berontak dari kungkungan.
Tanpa ragu celana dalamku juga dilepasnya sehingga penisku langsung mencuat tegak perkasa. Aku tidak memberi kesempatan Ratna meletakkan celana dalamku, Tangannya kubimbing untuk meremas penisku. Terasa tangannya agak gemetar.
Ini pertanda baik, karena dengan demikian dia belum pernah mengerjakan hal ini sebelumnya. Genggamannya juga masih canggung, karena hanya digenggam oleh ujung-ujung jarinya. Aku mengajarinya menggengam penuh dan melakukan gerakan mengocok. Birahiku naik, baju tidurnya yang tipis aku lepas sehingga Ratna bugil di depanku.
Teteknya bulat menantang, dengan puting yang masih kecil. Ini karena dia belum pernah beranak. Jembut di bawahnya masih jarang, aku menengarai memang umumnya wanita sunda kurang banyak memiliki jembut.
Aku senang dengan perempuan yang pro aktif, berani mengambil inisiatif dalam soal sex. Ratna kutarik duduk ke pangkuanku dengan posisi berhadapan. Kedua susunya yang kenyal aku remas-remas. Dia merintih seperti menangis. Apalagi ketika pentilnya aku jilati dan aku hisap, rintihannya makin keras dan nafasnya makin memburu.
Kuraba memeknya sudah basah berlendir, berarti organnya sudah siap menerima penetrasi penisku. Aku tidak mau buru-buru, karena ingin menikmati secara bertahap. Ratna kududukkan di sofa di sampingku. Lalu aku bangkit dan menciumi kembali teteknya dan menghisap pentilnya.
Ratna sudah terangsang hebat, sehingga dia tidak sadar jika mulutku sudah menciumi gundukan memeknya. “ Ayah aku mau diapain, “katanya ketika sadar aku sudah berlutut dan mulutku menjilati belahan memeknya. Dia memanggilku ayah mengikuti si Kania.
Aku tidak sempat berbicara, karena lidahku sudah masuk ke dalam belahan memeknya. Kakinya kukangkangkan lebih lebar, sehingga terlihatlah jelas belahan memeknya yang masih rapat. Kedua tanganku membuka bibir memeknya sehingga, tampak jelas detail memeknya bagian dalam. Aku melihat clitorisnya sudah menonjol berwarna merah muda di lipatan atas memeknya.
Serangan lidahku langsung kutujukan ke titik itu. Ratna menggelinjang tidak karuan dan merintih dengan suara khas rintihan perempuan ketika sedang menikmati rangsangan. Pinggulnya bergerak-gerak mengikuti gelombang nikmat yang melanda seluruh tubuhnya. Tidak sampai 5 menit dia berteriak dan menyebutkan ,” aduh-aduh aduuuuuuh,”
Memeknya berdenyut-denyut berkali-kali dan cairan makin banjir sampai menetes ke bawah. Ratna tergolek lemas tidak berdaya. Kutanya apa yang terjadi sampai teriak aduh-aduh. Dia mengatakan baru kali ini merasakan kenikmatan kepuasan sex.
Aku katakan masih ada lagi kenikmatan yang lebih dari ini. Aku yakin dia tadi baru menikmati orgasme clitoris. Jika dia menikmati orgasme vaginal pasti dia akan menjerit, Sebetulnya aku ingin menggendong dia ke tempat tidur, tetapi terlalu berat, sehingga aku membimbingnya saja dan membaringkan di tempat tidur.
Aku langsung menindih badannya dan mengarahkan batang kayu yang sudah sejak tadi ingin dipacakkan. Penisku agak susah untuk menemukan gerbang vaginanya, karena berkali-kali meleset. Aku kemudian mengambil posisi duduk bersimpuh sehingga bisa melihat arah penis dan gerbang vaginanya.
Setelah tepat di depan Vagina, kepala penisku bisa masuk perlahan-lahan. Ratna minta aku pelan-pelan karena memeknya perih. Aku bertindak hati-hati dan melakukan gerakan maju mundur pelan dan pendek, sampai memeknya terbiasa menerima kehadiran penisku. Aku tidak ingin menimbulkan trauma menakutkan pada saat pecah dara ini.
Setelah gerakanku lancar maju mundur dan rasanya juga sudah agak dalam karena seluruh kepala penisku sudah tercelup, masih terhalang oleh selaput daranya. Jika aku tekan, dia akan menarik pantatnya menjauh. Keluhan perih dan sakit berkali-kali dirintihkan.
Penis kupertahankan mentok di selaput dara. Aku menciumi mulutnya dengan ganas. Sementara itu di bawa sana, penisku berkali-kali aku tegangkan (senam kegel).
Kosentrasi Ratna terpecah antara rasa sakit dan nikmatnya berciuman serta remasan di dadanya. Melalui gerakan mengencang dan mengendurkan penisku sambil aku tekan ke dalam perlahan-lahan terasa, ada sedikit kemajuan.
Selaput daranya bisa aku terobos sepenuhnya ketika aku kencangkan penisku dan menguak selaput daranya. Dia berteriak dalam kuluman mulutku. Setelah benteng itu aku dobrak, penisku bisa maju perlahan-lahan tanpa hambatan berarti. Itu pun tidak langsung aku benamkan tetapi, melalui gerakan pelan maju mundur sedikit, maju lebih banyak begitu berkali-kali.
Jepitan mekinya sangat ketat, wajar saja kalau dia merasa sakit, karena dinding vaginanya seperti menyatu dan harus dikuak perlahan-lahan. Penisku akhirnya bisa tertancap seluruhnya. Untuk meyakinkan, aku meraba sisa batang yang tinggal. Memang tidak ada lagi sisa.
Dalam posisi terbenam itu aku melakukan gerakan kegel berkali-kali. Setiap kali ku keraskan penisku, Ratna mengernyitkan alisnya menandakan ada rasa sakit. Setelah dia tidak merespon gerakan kegelku baru aku mulai memompa perlahan-lahan.
Menghadapi memek yang masih perawan ini aku sulit bertahan lama, meskipun malam sebelumnya aku baru menafkahi batin istri tua. Spermaku lepas ke dalam dasar memeknya. Ratna menanyakan kenapa rasanya memeknya kesiram air hangat. Aku jelaskan bahwa aku menyemprotkan sperma ke dalam mulut rahimnya.
Aku rendam penisku sampai akhirnya menyusut dan keluar sendiri dari memek. Air maniku meleleh dari celah memeknya kelihatan pula berwarna merah muda. Darah perawannya tercampur mani dan cairan vaginanya.
Dibawah pantatnya sudah aku siapkan handuk kecil untuk mengalas lelehan air mani. Batang penisku yang baru keluar dari sekapan memek juga terlihat ada darah sedikit.
Ratna mengeluh memeknya masih terasa perih, serta rasanya masih ada bekas penisku di dalamnya. Mungkin bekas jalan masuk penisku di memeknya masih belum terkatup kembali sehingga dia merasa seolah batangku masih mengganjal.
Aku bimbing dia ke kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa cairan bersetubuh. Ratna jalannya tidak normal, karena selangkangannya terasa perih. Ketika dicuci terkena air, memeknya masih terasa perih. Meski begitu dia mengakui bahwa saat penetrasi dan penisku maju mundur tadi terasa juga nikmatnya. “ Jadi bingunglah ada sakit ada enaknya juga,” kata Ratna.
Kami berdua istrihat dengan tidur berpelukan dalam selimut, dia berkali-kali mengatakan sayang ayah. Aku hanya mengelus-elus rambutnya sampai akhirnya aku tertidur. Bangun tidur kami mandi air hangat berdua.
Aku dan Ratna kembali mengenakan pakaian karena kami akan mengunjungi unit apartemen si Kania. Begitu pintu terbuka, Kania langsung melompat memelukku dengan posisi dia aku gendong. Diciuminya seluruh mukaku, “Aku kangen ayah, katanya tanpa mempedulikan Ratna yang berdiri di sampingku.
Mungkin berat bagi perasaan wanita melihat kenyataan ini, pasangan yang disayangi dipeluk- cium oleh perempuan lain. Tapi Ratna kelihatannya sudah siap dengan kenyataan ini, sehingga dia dingin saja melihat sambutan Kania.
“Barusan belah duren ya,” kata Kania
“Ih teeh Kania malu ah,” kata si Ratna.
Kami berkelakar bertiga. Aku berusaha memberi perhatian yang sama kepada kedua istri-istriku. Kania meski lebih muda, tetapi pengalaman sexnya sudah mumpuni. Tapi dasar si Kania gila batang dia tidak peduli dengan kehadiran Ratna. Aku diciuminya dan penisku remas-remas.
Aku biarkan saja ketika tangannya membuka celanaku. Dia berusaha mengeluarkan penisku dari sarangnya tanpa membuka semua celanaku. Sesaat kemudian dia sudah mengulum penisku dengan gairah tinggi. Penisku belum terlalu keras, karena habis bertempur.
Ratna agak jengah melihat kelakuan Kania. Aku menangkap isyarat itu, maka kutarik ke dalam pelukanku. Aku cium bibirnya. Pada awalnya dia tidak merespon, alias diam saja. Namun mungkin birahinya bangkit, apalagi tanganku meremas-remas teteknya dari luar bajunya.
Aku berusaha memasukkan tangan ke dalam bajunya dan membuka pengait BH, agar tanganku bisa langsung menyentuh payudaranya. Pentil adalah salah satu kelemahan Ratna, sehingga dia jadi lupa diri setelah pentilnya aku pelintir-pelintir. Dia mulai mengerang lemah.
Agak susah mulutku mencapai teteknya untuk menhisap pentilnya. Ratna paham keinginanku dia menyelak bajunya dan memberi susunya untuk aku kenyot. /sementara itu penisku di bawah sana makin keras akibat dikerjai si Kania.
Tanganku meraba selangkang Ratna dan langsung masuk ke dalam celana dalamnya. Belahan memeknya sudah berlendir licin. Aku jadi lega, karena dia sudah terangsang. Aku mengguit-guit itilnya.
Sementara itu si Kania sudah berhasil melepas celanaku dan dia tanpa rasa malu, duduk diatas penisku dan memasukkan ke memeknya. Entah kapan dia sudah melepas semua pakaiannya sehingga bugil. Sambil telanjang dia menggenjot penisku yang sedang imum, meskipun tegang.
Sedangkan si Ratna duduk berselonjor menikmati permainan jariku di itilnya. Si Kania menjerit-jerit sambil main kuda-kudaan, sedangkan Ratna merintih nikmat karena itilnya dipermainkan.
Tidak lama kemudian, Kania mengerang keras, karena mencapai orgasme dan ambruk ke dadaku. Ratna sudah pada tingkat menjelang orgasme sampai akhirnya badannya berjingkat-jingkat menikmati kepuasan puncaknya. Aku membimbing keduanya ke bed besar, dan si Ratna kulucuti semua bajunya.
Aku lalu merangkak diantara paha Ratna lalu membenamkan penisku perlahan-lahan. Ratna masih mengernyitkan alisnya pertanda masih ada rasa sakit. Namun gerakan genjotanku berikutnya dia sudah mulai merintih perlahan-lahan.
Aku sudah paham letak G-spotnya sehingga aku mengusahakan agar penisku menggerus g-spotnya. Badannya terlunjak-lunjak saat penisku mengerus, G-spotnya. Dia sudah melupakan rasa sakit. Sekarang sedang menghadapi gelombang besar orgasmenya.
Kedua kakinya tiba-tiba merangkul badanku sehingga aku tidak bisa bergerak. Penisku seperti dipijat-pijat oleh vaginanya ketika dia mencapai orgasme. Terasa panjang betul denyut orgasmenya dan teriakan si Ratna juga keras sekali, tetapi seperti orang menangis.
Aku duga dia mencapai orgasme yang tertinggi. Dia kemudian melemaskan badannya dan matanya terkatup rapat. Aku memberi hadiah ciuman hangat sekitar satu menit. Aku dipeluknya erat.
Kania yang melihat Ratna mencapai orgasme dengan teriakan kencang, jadi terdorong untuk mengajakku berkayuh di memeknya. Penisku masih cukup perkasa, dan gelombang orgasmeku rasanya masih jauh. Permintaan Kania aku penuhi dan aku genjot dengan posisi gerusan di G spotnya. Kania sekarang yang meraung-raung seperti orang lupa diri.
Ratna menonton pertunjukan kami, aku jadi terangsang karena ditonton dan juga raungan si Kania, jadi makin syur rasanya sehingga akhirnya tercapai juga orgasmeku. Pada saat kusemprot spermaku yang tidak seberapa, Kania berteriak, karena dia rupanya mendapat orgasmenya juga.
Badanku dipeluknya erat dan aku merasa gelombang panjang berkali-kali memijat penisku. Sejak saat itu tidak ada lagi rahasia antara kami bertiga. Orgy selalu kami lakukan baik di unit Kania maupun di unit apartemen Ratna. Mereka lama-lama menuntut agar tinggal di satu unit apartemen saja.
Karena dengan demikian bisa selalu bersama sepanjang waktu. Aku menemukan apartemen seperti yang mereka minta, dan kamar utama ditempati si Kania, kamar kedua menjadi kamar Ratna. Meski begitu mereka selalu tidur bersama.
Tanpa terasa sudah setahun berlalu. Aku mengajak bertemu temanku Galih. Dia berkeluh- kesah mengenai beratnya melayani keinginan sex istri-istrinya, kalau soal biaya tidak pernah menjadi masalah. Praktis ada 4 istri yang harus dipenuhi nafkah batinnya. Dia minta saranku, bagaimana cara mengatasinya.
Kendalanya adalah dalam sebulan Galih hanya ada sekitar 20 hari, bahkan kadang-kadang hanya setengah bulan. Dalam kurun waktu itu harus 4 istri yang diberi perhatian dan digilir sexnya. Jika dulu dia mengenluh nafsu sexnya banyak tidak tersalur, sekarang keluhan itu malah sebaliknya.
Di minta saran aku. Untuk menceraikan beberapa istrinya, Galih merasa kasihan dan tidak tega, karena mereka semua sangat menyayanginya.
Aku menyarankan agar setiap istri diberi kesibukan kerja, sehingga pikiran mereka tidak terfokus pada suami saja. Istriku Kania sekarang sudah enjoy dengan salon kecantikannya sedangkan Ratna asyik dengan usaha travel.
Saran itu diikuti Galih, Semua istri-istrinya diberi usaha. Dia memberi masing-masing istrinya sebuah minimarket yang dibeli dengan sistem waralaba. Dari hasil waralaba itu, istrinya dibebaskan membuka usaha lain yang disukainya.
Setelah itu mereka sibuk dengan masing-masing urusannya sehingga Galih bercerita dia hanya menggilir istrinya sebulan sekali. Pergaulan dengan para istrinya bukan terfokus pada sex tetapi sudah beralih pada masalah bisnis.
0 komentar: