STORY21 - KUNIKMATI SETIAP SODOKAN MAS FANDY

Kunikmati Setiap Sodokkan Mas Fandy - Pengalaman pertama selingkuh dengan wanita lain membuat pikiranku tak tenang. Ditambah lagi kenekatanku saat berhubungan intim aq mengeluarkan pejuhku di dalam kemaluan Sinta, aq takut kalau dia sampai hamil, kalau itu sampai terjadi, wahh bakal jadi skandal. Dan untuk menghilangkan rasa kekhawatiranku serta agar istriku tdk curiga, malam itu aq berhubungan intim dengan istriku. Tapi saat berhubungan intim, aq selalu membayangkan tubuh Sinta, gerakan-gerakan erotis, pantatnya yg padat, dan toketnya yg padat montok.

Keesokkan harinya aq menelpon Sinta dan menyampaikan rasa kekhawatiranku. Jawaban Sinta cukup menenangkan pikiranku.

“Tenang mas, kemarin itu aq pas masa nggak subur, jadi aq biarkan pejuh mas keluar di dalam. Aq juga nggak mau suami dan keluargaku tau tentang perselingkuhan kita. Sungguh itu pengalamanku pertama”

Perbincangan kami lanjutkan dengan nada penyesalan, mengapa perselingkuhan itu harus terjadi. Tapi aq dan Sinta tdk berani berjanji perselingkuhan itu tak akan terulang kembali.

2 Minggu kemudian, Sinta sms, menanyakan aq sibuk atau tdk. Kujawab, ‘buat kamu segala kesibukkan bisa kutinggalkan’. Kemudian Sinta ngajak ketemuan di salah satu cafe di mall di Kotaku. Katanya ada yg mau dia omongkan.

Langsung aja aq meluncur dengan mobil yaris kesayangan ke mall itu. Setibanya di mall, kuparkirkan mobilku, dan langsung menuju cafe tempat kami janjian tadi. Di cafe itu aq melihat Sinta sedang duduk sambil memainkan hp nya.

“Siang ini kamu benar-benar cantik Sin” kataku mengejutkanya.

“Haii, apak kabar mas Fandy Bikin kaget aja, silahkan duduk mas..” jawabnya diiringi dengan senyum manisnya

Aq pun langsung duduk di sampingnya, memesan kopi. Aq langsung tanya pada Sinta

“Katanya ada yg mau di omongin, soal apa sih Sin?

Wajah Sinta yg semula semringah, berubah menjadi sendu, tampak ada beban berat yg sedang dipikulnya. Lalu dia bercerita habis bertengkar dengan mertuanya, karena dia dianggap boros dalam membelanjakan gaji suaminya.

“Aq menitipkan anakku ke kakak iparku, aq mau cari ketengan, karena itu aq hubungi mas Fandy. Aq malas dirumah dalam kondisi mertua masih uring-uringan”

“Ya sudah, sekarang kita mau kemana Sin?” tanyaku

“Terserah mas Fandy saja, yg penting sebelum jam 8 malam aq harus sudah ada di rumah.

Aq berpikir cepat, lalu kuajak Sinta jalan ke tempat wisata pegunungan yg sejuk yg letaknya tak jauh dari kotaku. Ditempat itu aq punya Villa. Dia setuju dengan ajakanku, setelah membayar minuman, kami berdua langsung melangkah menuju tempat parkir, dan langsung meluncur menuju kawasan wisata itu.

Di perjalanan aq berpikir keras bagaimana caranya menyuruh keluar Pak Tejo penunggu villaku. Tak mungkin aq membawa wanita lain ke villaku, pasti nanti pak Tejo akan bicara sama istriku. Akhirnya aq putuskan untuk chek-in disalah satu penginapan di daerah wisata itu.

Setibanya di tempat wisata itu, aq mutar-mutar mencari penginapan yg cocok, yg jauh dari villaku. Dan pilihanku jatuh pada villa XXX, tempatnya nyaman, dan kupilih kamar yg paling belakang, agak tersembunyi dengan parkir mobil di bawah, dan kamar di atas.

Begitu kami masuk ke dalam kamar, pintu kamar tdk aq kunci karena penjaga penginapan pasti akan datang lagi mengantarkan minuman yg kami pesan dan perlengkapan mandi. Begitu pintu kututup, tanpa komando kami berdua langsung berpelukan erat, bibir kami saling berciuman. Benar-benar erat pelukan kami, sampai hampir sesak nafas, seperti sepasang kekasih yg sudah lama tak berjumpa.

“Aq kangen banget sama kamu Mas..” katanya dengan nafas memburu.

“Aq juga Sin.. aq ingin kamu bersamaku selamanya…” jawabku dengan nafas terputus-putus.

“Kita nikah aja yukk” pinta Sinta

“Aq mau.. tapi apa mungkin?” jawabku.

Hampir 10 menit kami berciuman, dengan posisi masih berpelukan kami melangkah kecil, berputar-putar seperti penari salsa. Ciuman dan pelukan kami harus berhenti waktu terdengar suara pintu di ketuk. Sinta pun segera duduk di kursi sofa sambil merapikan pakaianya yg agak acak-acakkan. Kubuka pintu itu, dan kubiarkan penjaga penginapan menaruh dua cangkir teh di meja, dan meletakkan perlengkapan mandi di ranjang. Waktu penjaga penginapan pamit, kuselipkan uang 100ribu di sakunya sambil mengucapkan terima kasih. Si penjaga senang sekali mendapat uang tips dariku. Begitu sang penjaga keluar, pintu kamar langsung kututup dan kukunci.

Aq pun langsung duduk di sofa, disamping Sinta.

“Mumpung masih hangat teh nya,, diminum yukk” kataku.

Dan Sinta langsung mengambil cangkir teh itu, meneguk isinya.

Kuperhatikan caranya minum, sungguh seksi bibirnya. Aq lihat begitu, Sinta tersenyum, senyumnya sungguh manis, yg membuat nafsuku menggelora. Kurapatkan tubuhku ke tubuh Sinta.

Saat Sinta meneguk tehnya lagi, segera kutarik tanganya, dan langsung kucium bibirnya yg masih penuh dengan air teh. Akibat lumatan bibirku itu, teh yg ada di mulut Sinta sedikit tumpah keluar, dan sebagian masuk di mulutku. Kubuka mulutnya dengan lidahku, sampai air teh itu berpindah semua ke mulutku. Dari mulutku kembali kudorong kemulut Sinta, begitu bergantian. Hmm ciuman yg mengasyikkan, yg pernah aq impikan tapi baru kali ini bisa aq lakukan.

Setelah beberapa kali saling tukar air teh yg bercampur dengan ludah kami berdua, akhirnya teh yg ada di mulut kami habis. Kini aq yg minum teh dengan porsi yg lebih banyak, kami pun berciuman lagi, saling dorong air teh ke mulut kami masing-masing. Tak terdengar desahan yg keluar, karena mulut kami penuh dengan air teh. Setelah air teh kedua itu habis dari mulut kami, Sinta menarik mulutnya.

“Gilaa.. darimana mas Fandy dapat ide ciuman yg model gitu, nikmat sekali mas, sungguh mengasyikkan” katanya dengan nafas memburu.

Memang ciuman dengan model seperti itu membuat nafas kita jadi ngos-ngossan karena harus menjaga minuman agar tdk banyak yg keluar dari mulut.

“Aq sering membayangkan berhubungan intim dengan berbagai cara, yg romantis dan lembut, termasuk cara berciuman tadi” jawabku

Kemudian aq bangkit dan kuraih tanganya, kami berdiri salng berhadapan, merapatkan tubuh kami, dan kembali berciuman.

“Fantasi apa lagi yg mau mas terapkan?” tanya Sinta penasaran.

Tanpa menjawab pertanyaanya, langsung kudorong tubuh Sinta ke meja rias yg cerminya besar. Di depan meja rias itu, tubuhku menghadap ke cermin dan tubuh Sinta membelakanginya.

“Aq ingin kita menari, dan tarian kita bisa lihat dari cermin itu” kataku sambil melucuti baju dan celananya.

Sinta memahami maksudku, Sinta juga melucuti baju dan celanaku, termasuk CD ku. Sekarang kami berdua dalam kondisi Bugil. Batang penisku yg sudah mengeras menempel di perut Sinta, dan biji pelernya menempel di rambut kemaluannya yg tertata rapi. Ada sensasi luar biasa saat biji pelerku kegesek-gesek rambut kemaluanya. Dari cermin kulihat pantat Sinta,, Oowwhhh pantat itu benar-benar mebangkitkan nafsuku.

Kuciumi lembut bibir Sinta dan Sinta membalas dengan cara yg sama, sedangkan tanganku meremas-remas pantat Sinta, sesekali tanganku mengelus punggungnya. Tangan Sinta juga meraba pantatku, sesekali rabaanya menajngkau biji pelerku. Sambil berpelukan, saling cium, saling raba, tubuh kami berdua bergerak ke kanan dan kiri. Sesekali kami berbalik posisi, sehingga Sinta ganti yg melihat tubuhku dari cermin.

Perut Sinta pun mulai basah dengan cairan penisku yg terus menetes, dan gesekan-gesekkannya membuat penisku benrdenyut. Dantanganku mulai merayap, membelah pantat Sinta, mengikuti lekuk-lekukknya, sampai ke anus, dan terus turun ke kemaluannya. Kurasakan kemaluanya sudah basah. Payudaranya yg besar. dan puting susunya yg sudah mengeras semakin denyut penisku bertambah kencang. Tubuh kami mulai di penuhi peluh, dan peluh itu semakin membuat nikmat, karena penisku bisa lebih leluasa bergerak di tubuh Sinta.

Setelah beberapa lama kami berciuman, masih dengan berpelukkan, kubaringkan tubuh Sinta ke ranjang. Karena posisi berpelukan, maka tubuhku menindih tubuh Sinta. Tanganku beralih ke depan, meremas-remas payudaranya dan memilin-milin puting susunya. Sedangkan mulutku menghisap payudaranya yg satunya. Kumainkan lidahku di puting susunya, sesekali menjilati seluruh payudaranya yg membuat Sinta geli kenikmatan. Sinta cuma bisa mendesah dan menarik-narik rambutku.

Permainan bibirku terus turun, dari payudara ke perut, sedang kedua tanganku meremas-remas payudaranya.

“Ogghhh masshh.. nikmaatttt maasss… ohhhh.. terussshhhh” racaunya.

Kulihat matanya sayu, tanda sudah horny berat. Tapi aq masih ingin berlama-lama memainkan tubuh Sinta yg indah, putih mulus dan menggairahkan ini.

Kini bibirku bermain di paha Sinta, kuciumi pahanya bergantian, kanan dan kiri. Kujilati lipatan pahanya sampai ke selangkanganya. Terus jilatan lidahku turun ke betis. Tanganku kini mengelus-elus rambut kemaluannya. Sinta semakin mengglepar-glepar mendapat perlakuan seperti itu. Kemudian jilatan lidahku naik lagi ke atas, tanganku membuka lebar paha Sinta, hingga kemaluannya yg merah dan basah terkuak.

Klitorisnya kumainkan dengan lidahku. Sinta merintih kecil,

“Owgghhh nikmat masss terusssss masss” rintihnya semakin mebuatku bergairah.

Semakin liar lidahku memainkan kemaluanya. Kusapu seluruh kemaluannya dengan lidahku, kugigit-gigit pelan klitorisnya. Sinta semakin membuka lebih lebar pahanya. Dan memberi kesempatan tanganku untuk meremas payudaranya. Peluhnya semakin deras, cahaya lampu neon membuat tubuhnya yg putih mulus semakin bersinar. Sinta bertambah kencang menggelinjang kekanan dan kekiri. Tanganya menekan kuat kepalaku agar semakin rapat di kemaluannya. Dan kali ini jilatanku bukan cuma di kemaluannya, tapi juga ke lubang pantatnya.

“Maassshhh Fandyy aakuuuuhhh maauuuuu keluaarrrr” desah Sinta

Mendengar desahan Sinta, langsung saja kumasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluanya. Pantat Sinta terjingkat ke atas, dan dalam waktu yg bersamaan keluar lendir hangat dar dalam lubang kemaluannya membasahi lidahku. Sinta semakin kencang menarik rambutku, dan tubuhnya bergetar hebat, pahanya menjepit kepalaku. Kubiarkan beberapa saat lidahku di dalam lubang kemaluan Sinta, sampai lendir hangat itu habis kuhisap.

Tak lama kemudian, tubuh Sinta semakin lemas, jepitan pahanya di kepalaku sudah mengendur. Aq langsung bangkit, dan tidur di sebelah Sinta. Sinta segera menciumiku dengan buas.

“Makasih masss, permainanmu bikin aq ketagihan” kata Sinta sambil mengalihkan ciuman dari bibir ke keningku.

“Buat kamu, aq rela melakukan apa saja Sin, karena aq senang” jawabku

“Mas Fandy, aq mau mandi dulu ya, nggak enak nih basah dan bau keringat begini”

“Iya, mandilah dulu, biar wangi tubuh kamu. Aq juga mau ke mobil sebentar” jawabku

Dengan masih dalam keadaan bugil, Sinta berjalan menuju kamar mandi yg memang tersedia di dalam kamar. Sinta mandi tanpa mengunci pintu kamar mandi, sehingga aq bisa melihat tubuhnya yg semakin bercahaya karena terkena air. Aq segera mengenakan pakaianku, dan berjalan ke mobil.

Keluargaku selalu minum madu setiap pagi dan menjelang tidur. Karena itu, di mobilku selalu ada persedian madu, karena sering dalam perjalanan jauh kami kesulitan mencari madu. Kuambil botol madu dan kubawa ke kamar. Dikamar kulihat Sinta sudah selesai mandi, dan dia duduk di kursi sofa, handuk melilit di tubuhnya, tapi pundah dan pahanya tetap kelihatan. Raut kelelahan sudah tak tampak lagi, wajahnya benar-benar segar.

“Ke mobil ngapain saih mas?” tanya Sinta penasaran.

“Ini ngambil madu”  jawabku sambil menujukan botol madu.

“Emang buat apa sih mas? tanya Sinta penasaran.

Aq tak menjawab pertanyaanya, hanya kuraih tangannya, dan kugandeng menuju ranjang. Sinta tidur terlentang di ranjang, dan kulepas lilitan handuk di tubuhnya. Aq juga melepas pakaianku. Kembali kami dalam keadaan bugil. Kubuka tutup botol madu, kuminum sedikit isinya. Lalu kulumat bibir Sinta. Rupanya Sinta baru sadar fungsi madu itu, dan dia juga semakin bergairah melumat bibirku yg manis karena madu. Sambil berciuman, kuteteskan madu itu ke payudara Sinta. Kulihat mata Sinta membelalak waktu kuteteskan madu ke payudaranya, dia seperti bertanya untuk apa madu itu. Botol madi yg di tangan keletakkan di ujung ranjang, agar tdk tumpah.

Bibirku melepaskan ciuman Sinta, lalu turun ke bawah menjelajahi payudaranya yg terlumuri dengan madu. Kuhisap payudaranya yg manis. Sinta merintih kesakitan karena hisapanku, tapi mulutnya mengatakan sebaliknya.

“Iyaaahhhh hisap terussss maassshhh, sakit tapi nikmaattt”

Kuhisap payudara Sinta bergantian. Dan satu jari tanganku kuoleskan pada madu yg meleleh di payudara Sinta, lalu jariku itu kumasukkan ke dalam mulut Sinta. Sinta seperti anak kecil dapat es cream, asyik menghisapi jariku

Karena madu di payudara Sinta sudah habis, dan rasa manisnya sudah hilang, kuraih botol madu dengan maksud untuk kulumuri tubuhnya dengan madu. Tapi kali ini Sinta merebut botol madu itu. Aq tak tau apa yg dia lakukan. Sinta mendorong tubuhku, sehingga kini aq yg tidur terlentang di ranjang, dengan kaki menjuntai kebawah. Lalu Sinta menuangkan sedikt madu di batang penisku. Dingin-dingin basah rasa penisku. Kemudian Sinta langsung menjilati penisku yg berlumuran madu.

Separuh batang penisku masuk ke dalam mulutnya, dan Sinta memaju mundurkan kepalanya mengulum penisku. Kini giliranku yg kelojotan. Sinta meletakkan botol madu ke lantai, sambil mulutnya sibuk mengulum dan menghisap penisku.

“Aaauugghhh… aghhhhssss… terussss Siinnnn” cuma itu yg keluar dari mulutku.

Karena nggak tahan mendapat serangan dahsyat itu, aq lamgsung bangkit, dan dengan sedikit kasar mengangkat tubuh Sinta untuk kurebahkan di ranjang.

Kedua paha Sinta kuangkat tinggi-tinggi, hingga kemaluan Sinta menyembul dan batang penisku yg sudah tegang mengeras langsung kumasukkan ke lubang kemaluannya. Kedua Kaki Sinta bersandar di pundakku. Kusodok terus pelan-pelan sampai masuk semua batang penisku ke lubang kemaluannya. Sinta mendesah keenakan. Desah kami memenuhi ruangan kamar villa.

Sambil kulihat penisku yg keluar masuk di lubang kemaluan Sinta, tanganku meremas paha Sinta. Sedang tangan Sinta cuma bisa meremas-meremas sprei kasur.

“Penismu nikmaattt mass Freddyyy.. aq suka bangett” racau Sinta.

“Ogghhhh iya syaannggg,, lubangmu juga nikmaatttt” kami terus berpacu mengejar puncak kenikmatan.

Beberapa menit kemudian aq merasa ada cairan hangat yg mulai mendesak penisku.

“Siitttt aq mauhh keluarrrr, aq keluarin dimanaaa?

“Di dalam ajaahhh masshhhh.. akuhhh jugaa mau keluaaarrrrr”

Kubenamkan seluruh batang penisku ke kemaluan Sinta.

Crett.. crett.. crett.. crett… lendir kenikmatanku dengan kerasanya menyembur membasahi kemaluan Sinta, sebelum ia melanjutkan omongannya. Kocokkan penisku dan semburan lendirku juga mempengaruhi kemaluan Sinta, hampir bersamaan kemaluan Sinta juga mengalirkan lendir hangat kenikmatan.

Perlahan-lahan kuturunkan paha Sinta dari pundakku. Dan tubuhku ambruk menindih tubuh Sinta.

Makasih Sinta, kamu sungguh luar biasa” kataku.

Sinta tak menjawab, hanya mencium bibirku, dan dari sudut matanya ada titik air bening.

Aq tak inigin merusak suasana dengan menanyakan mengapa ia meneteskan air mata. Kubiarkan saja.

Setelah itu kami mandi bersama, dan mengulangi perstubuhan di kamar mandi. Jam 7 malam aq meluncur kembali ke kotaku, mengantar Sinta kerumahnya.

Lebih dari enam kali kami melakukan perselingkuhan itu. Dan yg paling berkesan adalah perselingkuhan yg kami lakukan di villaku.

Share this Post Share to Facebook Share to Twitter Email This Pin This Share on Google Plus Share on Tumblr

0 komentar:

CERITA SEX 21+ © 2014. All Rights Reserved | Powered By Blogger | Blogger Templates

Designed by-SpeckyThemes