STORY21 - NGESEK DENGAN TANTEKU YANG SUDAH LAMA JABLAY

Ngesek Dengan Tanteku Yang Sudah Lama Jablay - Pada saat itu umur Aku baru akan menginjak 17 tahun, dan sekolah di salah satu perguruan swasta di kota Aku. Waktu itu sekolah kami sedang libur, jadi otomatis di rumah sepi karena semua penghuni rumah sudah keluar entah ke mana. Di rumah kami tinggal bersama nenek, dan 5 orang sepupu Aku yang tentu saja lebih kecil dari Aku semuanya.

Jam baru menunjukkan pukul 9.00 pagi. Nenek Aku sedang pergi ke pasar dan biasanya bila beliau ke pasar tidak pernah sebentar. Kelima sepupu Aku sudah keluar dari tadi pagi, jadi yang tinggal di rumah cuma Aku dan Tante Nindy serta anaknya yang baru berumur 5 tahun. Aku dan Tante Nindy bisa dibilang sangat dekat, karena kami sering berbicara dan bercanda bersama. Jadi di antara kami berdua sangat terbuka. Namun pada saat itu Aku tidak berani berbuat macam-macam kepadanya, tapi kalau berpikir macam-macam sih pasti ada, he he he.

“Ma, buatkan susu dong!” celoteh bocah kecil menagih janjinya tadi.

“Iya, nih tiap hari minum susu aja. Susu mahal tau!” mamanya menyodorkan sebotol susu kepada anaknya dan diterima anaknya dengan gembira tanda bahwa dia tidak mau mengerti tentang kemahalan susu.

Memang anaknya setiap bangun tidur dan sebelum tidur selalu meminta susu. Kebetulan lagi pada saat itu Aku baru selesai sarapan pagi dan timbul keisengan Aku untuk bercanda kepada Tante Nindy.

“Aku juga minta susu dong Tante!” kata Aku sambil menyodorkan gelas kepadanya.

“Eh.. loe itu udah gede, itu kan susu buat anak-anak”, balas Tante Nindy.

“Lho, jadi kalau udah gede gak boleh minum susu?” tanya Aku sambil pasang muka tak berdosa.

“Bukannya nggak boleh, tapi itukan susu buat anak-anak”, tegasnya sekali lagi.

“Jadi yang buat orang dewasa mana?” tantang Aku kepadanya.

“Ini!” sambil menunjuk kepada Aku buah dadanya yang cukup besar dan padat itu.

Terang saja Aku terkejut, dan Aku pun malu karena dia tidak biasanya bercanda sampai begitu.

Sebenarnya Aku tahu kalau dia itu sebenarnya sudah sangat haus dengan seks. Bayangkan saja selama hampir setahun tidak berhubungan dengan suaminya, siapa yang tahan. Dan argumen Aku ini juga telah Aku buktikan. Kebetulan kamar Aku yang berada di lantai 2 tepat di atas kamar mandi, dan lantai 2 hanya berlantaikan papan jadi iseng-iseng Aku melubangi papan itu biar bisa mengintip orang mandi. Aku sering mengintip Tante Nindy mandi dari lubang itu dan Aku lihat bahwa Tante Nindy sangat sering merangsang dirinya sendiri di kamar mandi, misalnya dengan memijat-mijat dadanya sendiri dan mengelus-elus kemaluannya sendiri. Jadi dari itu Aku mengambil kesimpulan kalau dia sering terangsang.

“Kok bengong? mau minum susu nggak?” ucapnya membuyarkan lamunanku.

“Apa masih ada? anak Tante kan udah lima tahun?” jawab Aku menetralisir kekagetan Aku.

“Gak tau dech.. kamu coba aja, hehehe.. udah dech..” katanya sambil melewati Aku menuju kamar mandi kemudian berbisik sekilas kepada Aku.

“Pintu kamar mandi nggak Tante kunci.”

Terang saja Aku senang sekali, soalnya Aku sering baca buku porno dan pernah berkhayal kalau Aku melakukan hubungan badan dengan Tante Nindy dan sepertinya sekarang bisa terwujud. Aku membuka pintu kamar mandi perlahan dan Aku lihat Tante Nindy sedang membelakangi Aku menggantung pakaian yang akan dipakainya. Dengan perlahan juga Aku tutup pintu kamar mandi dan menguncinya tanpa suara.

Aku melihat Tante Nindy mulai membuka baju tidurnya tanpa membalikkan tubuhnya. Sepertinya dia tidak sadar kalau Aku sudah berada di dalam. Setelah baju dilepas kemudian tangan Aku menuju ke pengait BH-nya bermaksud membantu membuka BH-nya. Dia kaget karena tiba-tiba ada orang di belakangnya namun setelah mengetahui bahwa yang di belakangnya adalah Aku dia tersenyum dan membiarkan Aku melanjutkan kegiatan Aku. Setelah BH-nya terbuka Aku kemudian melemparkannya ke tong tempat baju kotor.

Tante, susunya boleh Aku minum sekarang”, tagih Aku kepadanya.

Dia hanya mengangguk dan kemudian membalikkan badannya. Terlihatlah olehku dua buah tonjolan di dalamnya yang selama ini belum pernah Aku lihat secara langsung. Sebelumnya Aku hanya mengintip. Kemudian dia menyodorkan dadanya kepada Aku dan dengan cepat Aku sambar dengan mulut Aku. Dia hanya mendesis tidak jelas. Lama Aku menghisap dan menjilat kedua dadanya membuat dia terus menggelinjang dan menjambak rambut Aku. Dadanya kanan kiri secara bergantian menjadi korban keganasan lidah Aku.

Tante Nindy kemudian secara lembut membuka kaos Aku dan tanpa Aku sadari kaos Aku sudah terlepas. Mungkin karena keasyikan meminum susu alam. Sementara tangan Aku yang kiri mulai meraba-raba perutnya sedangkan yang kanan mengusap-usap dadanya yang sebelah kanan. Sementara mulut Aku dengan menjulurkan lidah keluar mempermainkan puting susu yang sebelah kiri yang membuat Tante Nindy semakin ngos-ngosan.

Tangan Aku sebelah kiri mulai nakal dengan menyusupkan jari-jarinya ke celana tidurnya yang belum dibuka. Tangan Tante pun tidak mau kalah, dia pun mulai mencari-cari sesuatu di selangkangan Aku dan setelah menemukannya dia pijat dengan lembut. Kemaluan Aku yang merasakan ada rangsangan dari luar celana semakin meronta minta keluar. Tante Nindy yang sudah berpengalaman itu kemudian membuka reitsleting celana Aku dan kemudian melorotkannya ke bawah dengan menggunakan kakinya karena dia tidak bisa membungkuk sebab dadanya sekarang masih berada dalam kekuasaan Aku.

Setelah CD Aku dibuka, tangannya yang sekarang lebih nakal mulai mengocok perlahan batang kejantanan Aku dan itu jelas saja membuat Aku terbang tinggi, sebab baru kali ini batang kejantanan Aku yang satu ini dipegang oleh tangan seorang wanita yang lembut. Tante Nindy makin menjadi ketika jilatan Aku turun ke perutnya dan bermain di sekitar pusarnya dan kemudian dengan sekali tarik celana tidur yang dari tadi menghalangi pemandangan indah Aku buka dan sekarang di depan Aku berdiri seorang wanita hanya dengan celana dalam krem yang jika diperhatikan lebih seksama bisa dilihat transparan, tapi siapa yang sempat melihat ketransparanannya itu kalau sudah terangsang.

Jilatan Aku turun agak ke bawah menuju ke kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang rapi namun karena sudah basah terlihat acak-acakan. Aku menjilati liang kemaluannya dari luar CD-nya. Itu sengaja Aku lakukan agar bisa lebih merangsangnya. Dan ternyata benar dia tidak sabar dan segera menurunkan CD-nya sendiri.

Aku hanya tersenyum memandang ketidaksabarannya itu, dan jilatan Aku lanjutkan tetapi tetap belum menyentuh lubang kenikmatannya itu yang membuat dia blingsatan dengan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan yang bertujuan agar jilatan Aku berlanjut ke liang kemaluannya. Aku lihat kemaluannya sudah banjir, karena tidak pernah merasakan cairan dari wanita maka jilatan Aku pun merambah ke liang kemaluannya. Asin! tapi kok enak yah kata Aku dalam hati.

Tante Nindy pun kembali mendesis keenakan, “Ahh.. terus Man”, ujarnya. Lidah Aku pun mulai bermain cepat. Tiba-tiba tubuh Tante Nindy mengejang dan diikuti dengan desahan panjang, “Ahh.. nikmat sekali Arman. Pemanasan kamu sungguh hebat.” Kemudian dia pun duduk di lantai kamar mandi dengan perlahan. Setelah puas dengan kemaluannya, Aku kembali ke atas dan mencoba untuk melumat bibirnya.

Bibir yang dari tadi mendesis tidak karuan itu kemudian melumat bibirku yang baru saja sampai di depannya. Lama kami saling melumat sambil tangan kanan Aku memainkan puting susunya dan tangan yang satunya lagi mencari lubang kewanitaannya dan menekan-nekan klitorisnya yang jelas saja membuat lumatan bibirnya semakin menjadi.

Tangannya pun tidak mau kalah, sambil berpagutan dia mencari kembali batang yang tadi sempat dilepasnya karena kenikmatan yang dia rasakan. Setelah ketemu, kemudian dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mengocok kemaluanku yang sudah sangat tegang dan membesar sambil sesekali mengusap bagian kepalanya yang sudah mengeluarkan cairan bening kental. Kemudian secara perlahan-lahan Aku mendorong kepalanya ke belakang agar dia rebah ke lantai kamar mandi.

Setelah dia rebah, Tante Nindy mendorong dada Aku lembut yang membuat Aku terduduk dan dia kemudian bangkit kembali. Aku terkejut, Aku mengira dia telah sadar dengan siapa dia sedang bermain, namun dengan seketika keterkejutan Aku hilang sebab dia kemudian dengan sikap merangkak memegangi kelamin Aku dan kemudian dia malah memasukkan kelamin Aku ke mulutnya.

Ahh.. terasa nikmat sekali sebab Tante Nindy sangat pandai memainkan kemaluan Aku di dalam mulutnya. Aku bisa merasakan lidahnya bermain dengan lincahnya. Aku juga merasakan kepala kemaluan Aku dipermainkan dengan lidahnya yang lincah itu. Setelah bermain lama di bawah situ, mulutnya kemudian merambah ke atas menciumi perut, kemudian dada Aku dan kemudian kembali ke mulut Aku, namun karena Aku tahu dia baru saja melepaskan mulutnya dari kemaluan Aku, Aku berusaha menghindar dari lumatan bibirnya dan mencoba agar dia tidak tersinggung dengan mencium pipinya dan kemudian telinganya. Tangan Aku yang menganggur kemudian Aku suruh bekerja lagi dengan mengusap-usap selangkangannya dan terdengar dia berbisik kepada Aku, “Masukkan ahh.. sekarang yahh, Tante udahh kepingin.. banget.. nih.. ahh.”

Aku kemudian mengambil inisiatif dengan mendorong Tante Nindy agar kembali rebah dan dengan perlahan dia menuruti kemauan Aku dengan rebahan di lantai kamar mandi. Aku kemudian mengambil segayung air dan menyiramkan ke tubuhnya dan kemudian satu gayung lagi untuk disiramkan ke tubuh Aku sendiri.

Setelah kami berdua basah, tangan kanan Aku kemudian meremas-remas dadanya sedangkan tangan kiri Aku memegang kejantanan Aku menuju ke lubang sejuta kenikmatan. Tante Nindy pun sudah siap menerima terjangan Aku dengan membuka kedua kakinya agar memudahkan Aku memasukinya. Dengan perlahan tapi pasti Aku mencoba untuk memasukkan kepunyaan Aku yang dari tadi sudah tegak ke kemaluannya.

Namun karena sudah lama dia tidak tersentuh laki-laki, membuat Aku agak susah juga untuk menancapkannya. Beberapa kali Aku arahkan batang Aku, namun agak susah untuk berhasil, dan setelah beberapa tusukan, akhirnya kelamin Aku masuk dengan sukses ke selangkangannya. Yah, cengkeraman liang kemaluannya sungguh nikmat, karena saat itu liang kemaluannya sangat sempit dan itu sudah membuat Aku merem melek, dan dengan gerakan pelan Aku mulai menaik-turunkan pinggul Aku. Aku melihat Tante Nindy mengerang kenikmatan sampai bola matanya hilang, dan dia juga meggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan dengan maksud agar semua ruang di liang kemaluannya terjejali dengan kemaluanku yang sudah mulai memompa. Setiap pompaan membuat dia mendesah tidak karuan.

Setelah beberapa menit, dia kemudian memelukku dengan erat dan membalikkan tubuhku dan tubuhnya. Kini dia sudah berada di atasku, dan gantian dia yang menaik-turunkan pinggulnya mengejar kenikmatan yang tiada tara. Sementara itu tanganku yang sudah bebas kembali memainkan susunya dan mengusap-usap punggungnya.

“saayyaa.. udah ahh.. mau.. keeluar nihh..” desahnya.

Mendengar desahannya yang begitu seksi Aku semakin terangsang dan Aku mulai merasakan ada sesuatu tenaga dalam yang ingin dikeluarkan dan semua sepertinya sudah terkumpul di kejantanan Aku.

“Aku juga udah mau keluar Tante..!” desis Aku mempercepat gerakan pinggul Aku dari bawah.

“Tahann.. sebenntaarr..” katanya.

“Biaarr.. Tante kee.. luar dulu.. ouhh..”

Aku pun mengerti untuk tidak mengeluarkannya di dalam, sebab dengan alasan apapun Aku tidak mau sperma yang Aku keluarkan ini menjadi anak dari rahim Tante Aku. Aku berusaha untuk menahan, sesaat kemudian terasa cengkeraman di kelamin Aku terasa kuat dan terasa hangat, tubuh Tante Nindy kembali mengejang. Kalau Aku tidak mencabut kemaluan Aku dengan sedikit mendorong perut Tante Nindy, mungkin Aku pun akan mengalami orgasme bersamaan dengan Tante Nindy. Untung saja Aku sigap, sesaat kemudian Tante Nindy terkulai lemas di atas tubuh Aku menikmati sisa-sisa kenikmatan. Paha Aku terasa hangat karena pelumas yang keluar dari liang kemaluan Tante Nindy.

Aku pun memeluknya, dan membalikkan tubuhnya karena Aku belum terpuaskan Aku pun kembali merangsang Tante Nindy dengan jilatan di sekitar selangkangannya. Setelah berkisar 3 – 4 menit Tante Nindy kembali terangsang dan menyuruh Aku memasukkan lagi kepunyaan Aku ke dalam kemaluannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, langsung Aku tancapkan ke dalam kemaluannya. Kali ini lebih mudah karena kemaluan kami berdua memang telah licin.

Setelah memompa beberapa menit, Aku kembali merasakan gelombang kenikmatan dan dengan segera Aku mencabutnya dan mengocok-ngocoknya dengan tangan sendiri. Namun tidak disangka, Tante Nindy kemudian menangkap kemaluan Aku dan menggantikan tangan Aku dengan tangannya dan kemudian memasukkan kemaluan Aku ke dalam mulutnya. Ahh.. terasa sungguh nikmat, apalagi permainan lidahnya membuat Aku tidak bisa bertahan lama dan akhirnya semua Aku keluarkan di dalam kuluman mulutnya.

Tapi Aku tidak melihat dia melepaskannya, dia seakan tidak mau melepaskan kemaluanku yang sedang muntah dan dia menghisap habis semua muntahannya tanpa sisa. Setelah Aku merasakan pelumas dari dalam tubuh Aku habis, batang kemaluan Aku pun perlahan-lahan kembali mengecil. Melihat hal itu, Tante Nindy kemudian melepaskan batang kemaluan Aku, dan tersenyum kepada Aku. Kemudian dia berbisik, “terima kasih yah, Tante udah lama nggak menikmatinya dari pamanmu, entar lain kali kalau ada kesempatan bisa kan kamu puasin Tante lagi?”

Dengan masih terduduk di lantai Aku mengangguk sambil tersenyum nakal kepada Tante Nindy. Kemudian kami pun mandi sama-sama, saling membersihkan diri dan sesekali tangan Aku bergerak nakal menyentuh payudaranya yang tadi pentilnya sempat mencuat.

Setelah kejadian pertama itu, kami pun sering melakukannya di hari Minggu atau hari-hari libur dimana keadaan rumah sedang sepi. Kadang di kamar mandi, kadang di kamarnya.

Share this Post Share to Facebook Share to Twitter Email This Pin This Share on Google Plus Share on Tumblr

0 komentar:

CERITA SEX 21+ © 2014. All Rights Reserved | Powered By Blogger | Blogger Templates

Designed by-SpeckyThemes